Sabtu, 25 Agustus 2012
God, please save her !
"Kamu yakin akan berhenti?"
"Hmm, ya...."
Mama mulai membelai rambut panjangku dari belakang, terlihat di cermin ia tersenyum tapi nampak sedih.
"Kenapa ma, Cahya sudah pikirkan ini dari sejak lama?"
Aku menangkap lengan mama lalu menggenggamnya erat.
"Sudah bagus kalau masih muda, sudah punya pekerjaan.." kata mama kemudian.
"Iya tapi Cahya gak suka, Cahya pengennya jadi guru ma..." sambungku. "Jadi guru, seperti pesan almarhum papa.."
Mama terdiam sebentar, lalu menggangguk pelan.
"Jadi kamu mau terima tawaran jadi guru private itu?" tanya mama.
Aku berbalik dan tersenyum lebar pada mama.
"Sudah Cahya terima, lusa Cahya mulai ngajar..." jawabku antusias.
"Yakin?" tanya mama lagi. "Ngajar itu pendapatannya tidak sebesar apa yang sudah kamu dapat selama ini..."
Aku menggeleng. "Ini ngajar private ma, Cahya gak bakal capek kayak sebelumnya. Pendapatannya hampir sama kok.." jawabku.
***
Aku senang sekali hari ini aku akan mulai mengajar, seperti impianku dan almarhum papa selama ini.
Sebelumnya perkenalkan, namaku Cahya. Umurku sekarang 19 tahun, aku kuliah mengambil fakultas keguruan Matematika disebuah universitas swasta.
Aku tinggal berdua dengan mama yang bekerja disebuah toko roti. Selama ini aku membayar biaya kuliahku dengan bekerja disebuah toko pakaian dipasar, dari pagi hingga sore sebelum aku pergi kuliah.
Begitu mendengar tawaran private untuk anak SD, langsung saja kuterima meskipun aku harus mengajar seluruh pelajaran bukan hanya Matematika. Ya, aku berhenti bekerja di pasar.
"TING TONG"
Aku menekan bel, dan tanpa menunggu lama pintu rumah yang lumayan besar itu terbuka.
Seorang wanita berdiri dihadapanku sambil tersenyum.
"Selamat siang Bu, saya Cahya.." sapaku.
"Oh, iya iya silahkan masuk.." jawabnya sambil mundur masuk ke rumah.
Aku pun ikut masuk dan segera menutup pintu.
Aku mengikutinya kedalam dan ia mempersilahkanku menunggu disebuah sofa.
"Kamu tunggu disini ya, saya mau panggil anak saya dulu.." kata wanita itu sambil berlalu meninggalkanku.
Hmm baiklah, kini aku duduk sendirian disebuah ruangan yang cukup besar. Aku memutar bola mataku kesetiap sudut ruangan. Rumah ini penerangannya agak redup mulai dari pertama aku masuk rumah sampai masuk ke ruangan ini, dan yang terpenting suasananya agak mistis.
Terdengar suara langkah kaki dan aku terkaget-kaget setelah kutolehkan kepalaku tiba-tiba saja seorang anak kecil dengan wajah yang putih pucat sudah dihadapanku.
Tanpa sadar aku berteriak.
"Maaf Cahya, dia mengagetkanmu ya..?" terdengar suara wanita itu yang kemudian melangkah masuk mendekati kami.
"Iya kaget sedikit, hehe.." jawabku sambil nyengir.
Wanita itu tersenyum kemudian membelai bahu anaknya yang masih menatapku heran.
"Dia guru baruku mom?" tanya anak itu.
"Iya sayang, nama saya Cahya.." sahutku sambil tersenyum lebar dan merendahkan badan mengikuti tinggi tubuhnya. Aku mulai mengulurkan tangan.
"Kenapa ganti lagi?"
Hah, anak kecil ini tidak meresponku baik dengan senyum sedikitpun.
"Eee, because your older teacher has a job at other city, so she was move from this city.." jawab wanita itu sedikit ragu.
"Why mom? I know you're lying me.." jawab gadis kecil itu.
Baiklah, terjadi dialog antar keluarga. Aku melayangkan pandanganku kearah yang lain. Dan, nampaknya ada seorang anak kecil berlari dengan cepat begitu aku melihat kearahnya.
"Baiklah, kita akan bicarakan lain waktu sayang. Sekarang ayo kenalan dulu dengan guru barumu..."
Aku kembali menatap wajah gadis kecil dihadapanku.
Gadis berkulit sangat putih itu menatapku dengan tatapan kesal, lalu mengulurkan tangannya.
"Hello my newer teacher. I'm Bethrice Vonyarnov, just call me Beth.." katanya memperkenalkan diri.
Aku membalas uluran tangannya, "Hey Beth, glad to see you here. You're so cute..." jawabku sambil tersenyum.
"You don't want to tell me your fullname?" tanyanya.
"Haha it's ok. My fullname is Cahya Bintang.." jawabku.
Kemudian ia tersenyum.
"No, don't laugh..!" seruku.
Ia malah tertawa dengan serunya.
Ya, aku tahu namaku sangat lucu.
"Ok miss shiny star, why don't we start from now?" tanya gadis kecil itu.
Wah, pintar juga dia memberiku julukan itu. Lalu aku mulai bangkit dari posisiku.
Gadis kecil itu mulai berbalik dan melangkah menuju sofa tempatku duduk tadi. Ia lalu menurunkan ransel yang sedari tadi dipunggungnya ke atas sofa.
Ibunya tersenyum memandangi tingkah gadis kecilnya itu, lalu menatapku sambil berbisik.
"Dia memang begitu, agak sedikit cerewet. Tapi dia gadis yang baik dan pintar.."
Aku hanya membalas bisikan itu dengan sebuah senyuman.
"Hey, what are you doing?" seru gadis kecil itu.
Kami berdua langsung melihat kearahnya. Ia mulai melambaikan tangannya.
"Common miss shiny star, time is money..!!" serunya lagi.
Aku pun tertawa dan berjalan menghampirinya.
***
Sekitar dua jam aku mengajar, Beth terlihat bosan. Ia mulai mengunyah lagi snack yang telah disiapkan oleh ibunya.
"Common Beth, ini bukan soal yang sulit.."
Beth menggeleng.
"I can try that later miss.." jawabnya sambil tetap mengunyah snacknya.
"Baik, kita istirahat sebentar.." kataku.
"Beth, kamu tinggal dengan siapa saja dirumah?" tanyaku berbasa-basi.
"Just me and my mom.." jawab Beth singkat.
"Tidak ada pembantu, atau tukang kebun, atau supir?" tanyaku lagi.
Beth masih mengunyah snacknya. "Tadi kan aku bilang cuma aku dan mama.." jawabnya sedikit cemberut.
"Temanmu sering kesini?"
"I don't have friends.." jawab Beth dengan cepat.
"Yakin? Soalnya tadi saya lihat ada.."
"Please don't ask me about my friends..!" Beth buru-buru memotong kalimatku.
Kali ini dia memelototiku. Hei, wajahnya yang putih pucat nampak menakutkan dengan mata seperti itu.
Ia lalu bangkit meninggalkanku.
"Mau kemana Beth?"
"Toilet..!"
***
Aku melangkah memasuki rumah.
"Selamat malam..."
Kepala mama muncul dari balik dinding, lalu ia menghampiriku.
"Malam juga sayang, bagaimana kuliah hari ini?" sapa mama. "Oia, dan ini hari pertamamu mengajar, bagaimana lancar?"
Aku tersenyum. "Lancar ma.." jawabku.
"Syukur deh." kata mama balas tersenyum. "Ayo buruan ganti baju, mama gak sabar dengar ceritanya.."
Aku pun berjalan menuju kamar.
***
Hari kedua mengajar..
"Masuk Cahya.." sapa nyonya sambil mempersilahkanku masuk.
Aku balas tersenyum sambil melangkah masuk dan menutup pintu. Wajah nyonya nampak cemas kali ini.
"Saya mau cari Bethrice sebentar, dia kayaknya lagi maen di halaman belakang..."
"Emm, biar Cahya aja yang cari nyonya..." jawabku.
"Tapi.." kata Nyonya dengan tatapan ragu.
"Sebagai seorang guru private, saya juga butuh pendekatan dengan murid saya..." lanjutku, kemudian langsung saja aku berjalan menuju pintu keluar ke halaman belakang.
Aku mulai mengitari halaman yang cukup luas itu dan memanggil-manggil Beth.
Cukup lama aku mencari tapi tak ada jawaban.
Sesekali hanya terdengar suara tawa kecil seolah berdenging ditelingaku.
"Do you hear me Beth? Common, we have to start our class.." seruku. Tapi masih tak ada jawaban, hanya tawa kecil.
"Beth, time is money....!!"
Aku kembali melangkah, tapi kakiku tersangkut sesuatu. Sepertinya tali layangan yang terputus diudara yang jatuh kesini. Baiklah, aku mulai menunduk membebaskan kakiku dari tali nakal ini.
Oke selesai, aku langsung bangkit dan..
"Aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...........!!!!!!!!!!!"
Ya ampun, aku jatuh terjengkang ke tanah kali ini. Ya, aku berteriak karena aku melihat sesuatu tepat didepan mataku. Wajah menyerupai gadis kecil, dan penuh luka berdarah. Yang membuatku takut karna kini aku menatap sekeliling dan tidak ada siapapun disekitarku, apalagi gadis kecil seram yang barusan mengagetkanku.
Oke, aku harus bangkit berdiri dan tidak boleh takut. Dengan nafas tersengal aku kembali mencari Beth, kami harus segera mulai pelajaran hari ini. Aku hanya berhalusinasi, aku tidak melihat apapun !
Aku kembali melangkah dan memanggil Beth. Hmm, lama kelamaan pekarangan ini terasa semakin luas.
Kini didepanku nampak barisan seperti pagar dari tanaman. Dan aku mulai mendengar suara Beth dari balik pagar itu.
"Pergi kamu, kamu bukan temanku lagi..!"
"Kamu bercanda Beth, kita selalu bersama dari kita sangat kecil dulu. Dan aku ingin selamanya kita bersama.."
Aku mendengar percakapan itu sebentar.
"Beth, kamu bicara sama siapa?"
Aku mulai penasaran dan berjalan ke balik pagar itu. Kulihat ada Beth disana berdiri membelakangiku.
"Aku bukan teman kamu lagi, kamu bukan orang lagi. Dasar setan..!!!"
"Kamu bicara apa Beth, kamu itu temanku. Temanku untuk selamanya..."
Aku tidak tahan lagi untuk berteriak.
"Beth...!!!!!!"
Beth langsung menoleh kearahku.
Aku masih tidak percaya dengan apa yang kulihat. Muridku sedang berbicara dengan makhluk halus. Aku bisa melihatnya dengan jelas, perawakan gadis kecil yang kulihat secara tidak sengaja dari hari pertamaku dirumah ini.
Gadis pucat dengan wajah penuh luka, dan tubuh penuh darah.
Tanpa pikir panjang aku langsung menarik tubuh Beth, memeluknya dan membawanya lari.
Dibelakangku kudengar makhluk itu memanggil-manggil Beth.
Belum tiba di rumah, Beth melepaskan tubuhnya dari pelukanku dengan paksa.
Ia memaksaku sedikit berjongkok dihadapannya.
"Aku gak gila miss, sumpah aku gak gilaaaa............." katanya sambil mulai menangis.
Aku menatap wajahnya yang ketakutan. Lalu langsung saja kupeluk tubuhnya.
Aku bisa tebak yang ia rasakan, tubuhnya sekarang malah sedikit kejang-kejang sambil menangis sesenggukan.
"Aku gak gilaaa....."
Berulang-ulang ia menyerukan kalimat itu disela tangisnya.
Aku tidak tahu harus berbuat apa setelah kejadian ini, aku juga merasa shock.
Aku hanya mengelus-elus punggungnya.
***
Aku belum bisa tidur...
"Saya lihat apa yang kamu lihat Beth..."
Beth langsung mendongak menatapku.
"Benar miss bisa lihat dia?" tanyanya sambil mulai mencengkeram lenganku.
"Iya, dia tampaknya mengganggu kamu terus ya?"
"Iya miss, dia harusnya sudah mati. Sudah mati dua bulan yang lalu..."
"Selama dia hidup, dia temanmu?"
Kutatap wajah Beth. Mendengar pertanyaanku kali ini, ia nampak gugup. Tapi akhirnya dia mengangguk juga.
"Dia hanya kangen kamu Beth.." kataku sambil tersenyum.
Beth menunduk.
"Gara-gara dia semua guru privateku berhenti mengajarku miss..." katanya mulai bercerita.
"Mereka ketakutan melihat dia?" tanyaku.
"Bukan.."
"Lalu?"
"Mereka tidak ada yang bisa lihat dia. Mereka bilang aku gila karna liat aku ngomong dan teriak-teriak sendiri.."
Sambil berkata wajah gadis kecil itu nampak sedih sekali, kasihan sekali dia.
Aku langsung memeluknya lagi.
"Mama kamu tau?"
"Aku gak pernah cerita karna takut mama bilang aku bohong, tapi aku gak tau apa guru-guru yang berhenti cerita ke mama atau nggak.."
Baiklah, aku terus-terusan teringat kejadian tadi siang.
Beth bercerita tentang apa yang dia alami. Dan besok, aku janji akan membawanya ke tempat yang bisa membuat dia tenang.
"Miss.... Miss..."
Hei, aku tidak salah dengar? Aku sekarang berbaring di ranjang mencoba untuk tidur tapi aku barusan mendengar suara muridku memanggil dan mengetuk-ngetuk pintu.
"Miss.... Can you hear me..?"
"Beth...?"
Aku segera saja bangkit dari posisi tidurku dan mulai melangkah dikamarku yang sudah gelap itu. Tanganku meraba ke dinding mencari stop kontak.
"Ahhhhhhhh.....!"
Aku langsung berteriak kaget dan jatuh terjengkang ke lantai. Barusan wajah penuh luka itu muncul didepan mataku sekilas.
Baiklah, dia mulai mengikutiku ternyata. Aku tidak boleh takut.
Aku bangkit berdiri dan mencari stop kontak lagi.
"Miss cepat, disini dingin sekali. Aku mau masuk miss..."
Aku segera menyalakan lampu dan berjalan keluar kamar.
Suara ketukan pintu masih terdengar, aku langsung berlari menuju pintu depan dengan tangan tak lupa menekan semua stop kontak yang kulewati sampai semuanya terang.
Tiba didepan pintu.
Suara ketukan itu memecah kesunyian.
Aku mulai menyentuh gagang pintu, namun ragu-ragu sekali rasanya aku untuk membuka pintu ini.
"Miss, cepat buka....."
Terdengar suara Beth lagi.
Tunggu sebentar, aku ini bodoh atau apa? Beth belum pernah kuberi tahu dimana rumahku, ibunya saja hanya tahu jalan dimana aku tinggal tapi tak tahu letak rumahku. Dan larut malam seperti ini, tidak mungkin Beth bisa keluar rumah.
Aku segera melepaskan tanganku dari gagang pintu, kepalaku menggeleng mendengar suara ketukan yang masih saja terdengar.
"Miss kamu tidak mau buka pintunya?"
Aku masih menggeleng dengan kaki yang seolah tidak dapat beranjak lagi dari situ.
"Miss aku mau bicara dengan kamu...."
Suara ketukan itu tak terdengar lagi.
Aku hanya bisa mendengar degupan jantungku sendiri sekarang.
"Kamu harus dengar aku bicara..!"
Pintu tiba-tiba seperti melayang dengan cepat, terbuka.
Aku langsung saja terkaget, tapi suaraku tak bisa keluar.
Gadis mengerikan itu kini berdiri dihadapanku. Dengan darah yang terus mengalir wajahnya, ia menatapku dingin seolah ingin menyergapku.
"Mau apa kamu kesini, jangan ganggu aku...!!"
Aku mencoba memberanikan diri.
"Kamu harus dengar kata-kataku.......!!"
Suara setan itu kini berubah berat dan menakutkan.
"Dengar ini baik-baik, kalian harus segera menemukanku....."
Aku memberanikan diri menatap bola mata itu.
"Kembalilah ke alammu, kau itu sudah mati. Dan jangan kau ganggu Beth lagi.." kataku.
Setan itu kini menatapku semakin tajam dan mulai menggertakkan semua giginya. Tubuhnya melesat cepat kearahku.
Sambil berteriak aku mencoba menghindar, tapi yang ada aku malah terpental jauh ke dinding.
"Kalian harus temukan akuuuuu..........!!!!"
Teriakan setan itu menggema ditelingaku.
Badanku yang terhempas ke lantai terasa begitu sakit.
Aku mulai kehilangan kesadaran.
***
"Beth masih tertidur dikamar, tunggu sebentar saya segera bangunkan dia..."
Aku masuk dan menutup pintu.
"Emm nyonya. Bolehkah saya bertanya sesuatu, tapi Beth tidak boleh tahu tentang hal ini?"
Aku berjalan dengan lengan menahan nyonya itu untuk melangkah.
Ia membalikkan badannya.
"Apakah ada teman dekat Beth yang meninggal dunia?"
Kini aku memperhatikan murid kecilku yang sedang mengerjakan soal latihannya.
Aku mulai mengelus rambutnya dengan sayang.
Beth, kita harus selesaikan ini semua...
Aku mulai teringat percakapanku dengan nyonya dua jam yang lalu.
"Beth punya satu-satunya teman akrab sejak ia kecil sekali, namanya Molly, anak tetangga kami saat dibandung..."
Sembari bercerita nyonya membuka lemari antik diseberang tempatku duduk dan mengeluarkan sebuah album foto.
Ia membawa album itu dan menyerahkan padaku sambil lengannya mulai membuka album itu.
"Beth anak yang kurang pandai bergaul, dia hanya punya satu teman dekat dan selalu bermain bersama setiap hari.."
Nyonya menunjukkan padaku foto-foto Beth bersama seorang gadis kecil berambut panjang. Foto-foto itu entah terlihat nampak mengerikan bagiku. Terlebih lagi, gadis itu benar-benar mirip dengan setan yang muncul dihadapanku, gadis kecil dengan wajah penuh luka.
"Lalu dimana Molly sekarang?" tanyaku.
"Molly menghilang sejak dua bulan yang lalu. Saat mereka pergi bermain, Beth pulang sendirian.." jawab nyonya.
"Kenapa begitu? Beth tidak bilang dia kemana?"
"Dia bilang Molly meninggalkannya pulang duluan.."
Kurasakan tangan kecil bergerak-gerak didepan mataku yang masih menerawang.
Beth menatapku dengan bingung.
"Miss, aku sedah selesai. Apa yang kau lamunkan miss..?"
Aku langsung balas menatapnya.
"Tidak ada apa-apa.." jawabku.
"Kalau begitu ayo kita koreksi.." kata Beth bersemangat.
"Beth kemana Molly?"
Beth langsung terdiam. Air mukanya yang tadi ceria langsung berubah.
"Kamu tahu dia kemana Beth?" tanyaku lagi.
Beth mengangkat wajahnya dan menatapku lekat-lekat.
Wajahnya itu malah berubah menjadi ekspresi ketakutan.
Beberapa saat kemudian kami sudah tiba disebuah dataran bukit yang luas dengan begitu banyak pohon disana sini.
"Terakhir kalian bermain disini?" tanyaku.
"Iya.." jawab Beth.
Masih kulihat ia tampak tak bersemangat. Kudekati dia dan kudekap badannya.
"Kamu tahu Beth, semalam dia berkata padaku bahwa dia ingin ditemukan..." kataku.
"Dia mendatangimu?"
"Ya, dan dia berpesan padaku seperti itu.." jawabku. "Karna dia menghilang, mungkin itulah maksudnya dia ingin kita mencari dimana dia.."
Aku mulai melihat ke sekeliling dan mulai melangkahkan kaki dengan Beth yang masih dalam dekapan lenganku.
Entahlah kenapa tempat ini jadi tampak mengerikan, mungkin karna yang berusaha ingin kutemukan adalah orang yang sudah mati.
"Miss, aku tidak bercerita kepada siapapun kalau kami terakhir main kesini selain kepada kamu.." kata Beth.
"Kenapa?"
"Karna aku takut.."
Beth melepaskan dirinya dari dekapanku dan berlari meninggalkanku.
Aku memanggilnya dan mengejarnya.
Ia terus berlari menerobos pepohonan, membawaku menyusuri tempat ini yang semakin menakutkan.
"Beth tunggu aku, kamu mau kemana?" seruku.
Nafasku mulai tersengal sambil terus berlari mengejar Beth. Tapi akhirnya kulihat ia berhenti berlari dan berdiri menghadapku.
"Beth, kamu jangan berlarian seperti itu..." kataku terengah.
Aku memandang wajah putih Beth yang menatap kearahku dalam diam.
Sebuah tangan muncul dari balik tubuhnya.
"Beth, awas dibelakangmu...!!"
Aku langsung memperingatkan begitu melihat makhluk itu muncul dibelakangnya.
Beth menoleh ke belakang, tapi terlambat.
Beth berteriak-teriak, makhluk itu menyeretnya.
Aku sadar dibelakang mereka adalah sebuah jurang.
"Lepaskan diaaaaaaaa.......!!!!!!!!!!!!!"
Aku berlari mengejar. Tapi semakin cepat ia menyeret tubuh Beth.
"Miss tolongggggggg......!!!"
Aku berhasil meraih lengan Beth dan menariknya. Namun kuat sekali makhluk ini.
"Lepaskan dia, gadis jalang...!!" teriakku.
"Aku ingin dia mati, dia harus mati juga.........!!"
Makhluk itu mengeluarkan suara yang begitu menakutkan.
Sekuat tenaga aku menarik Beth, kedua tangannya kuraih dan kutarik kuat-kuat.
Aku berhasil, kutarik Beth sekuat tenaga hingga kami berdua jatuh terpelanting ke tanah.
Makhluk itu menghilang diiringi suara auman keras.
"Kita pergi dari sini Beth.."
Aku bangkit dan menggendong gadis kecil itu. Aku berlari dari tempat itu.
***
Aku memandangi Beth yang kini terbaring diranjangku. Gadis itu terus menangis sejak kami dalam perjalanan. Aku membawanya kerumahku. Mama sedang bekerja jadi tidak ada seorangpun di rumah.
"Beth, sebaiknya kamu ceritakan yang sebenarnya. Aku yakin kamu menyembunyikan sesuatu..." kataku sambil membelai rambut gadis itu.
"Maafkan aku miss, gara-gara aku dia juga mengganggumu.." kata Beth sambil terisak. "Gara-gara aku dia juga mendatangimu.."
"Dia melakukan itu karna aku bisa melihatnya. Dia ingin menyampaikan sesuatu..." jawabku. "Karna itu kamu harus menceritakan apa yang terjadi.."
"Tapi apakah kamu tidak akan membenciku kalau aku menceritakan semuanya?"
"Kenapa aku harus membencimu?" tanyaku bingung.
Beth terdiam sejenak. Dengan air mata yang terus mengalir, ia menatapku dengan wajah yang ketakutan.
"Aku yang membunuh Molly, aku menjatuhkannya kedalam jurang itu..." katanya sambil terisak.
Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar barusan, tapi ini kenyataan.
Aku langsung bangkit dan memeluknya erat-erat.
"Kenapa kamu lakukan itu, kenapa kamu menjatuhkan dia ke jurang?" tanyaku.
"Aku tidak sengaja, aku hanya ingin menjatuhkan anjing yang menyerang dia.." jawab Beth. "Aku ketakutan karna anjing itu menyerang dan membuat wajah Molly terluka, saat anjing itu menyerang Molly aku langsung mendorongnya hingga mereka jatuh..."
Beth menangis sambil terisak keras kali ini.
Aku tahu apa yang harus aku lakukan sekarang.
Yang sangat aku sayangkan adalah, Beth terlalu kecil untuk menerima dan menyikapi ini semua.
"Kamu tidak membunuhnya Beth, kamu hanya ingin menyelamatkan dia dari serangan anjing itu..." kataku sambil mengelus punggung gadis itu.
"Tapi dia selalu mendatangiku..."
"Itu karna dia sebenarnya ingin kamu menceritakan yang sebenarnya..."
***
Pagi ini nampak begitu cerah.
Aku bahagia sekali hari ini. Setidaknya aku sudah membantu memecahkan misteri ini dan Beth tidak diliputi rasa ketakutan lagi.
Kini aku dan Beth yang tersisa. Kami berdua menaburkan bunga bersama keatas makam Molly.
Orang-orang yang ikut melayat mulai meninggalkan kami.
Kulihat Beth tersenyum tapi ia terus menangis.
"Maafkan aku Molly..." katanya.
Aku mendekap tubuh gadis kecil itu dari belakang.
"Kamu tidak usah khawatir Beth, dia pasti berterima kasih padamu karna kamu sudah mau menceritakan yang sebenarnya..." kataku.
Kami kembali menabur bunga.
Beth menyenggol tubuhku dan menatapku.
"Miss coba lihat ..." katanya.
Aku melihat arah gerakan matanya.
Ku angkat kepalaku dan melihat ke depan, ke arah yang dilihat Beth.
Nampak gadis kecil yang cantik juga duduk dihadapan kami sekarang. Wajahnya nampak bercahaya, ia tersenyum kepada kami berdua.
"Terima kasih Beth. Aku minta maaf kalau selama ini menakutimu, kamu sahabatku untuk selamanya...."
Beth nampak bahagia sekali, ia mengulurkan tangannya kepada gadis kecil itu.
"Maafkan aku Molly.."
Molly menerima uluran tangan Beth.
"Mulai saat ini aku akan pergi dengan tenang, jaga dirimu baik-baik..."
TAMAT
"sahabat sejati itu selamanya"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar