tapi tentu saja dengan perubahan, banyak banget malah yang dirombak.
Selamat membaca :)
Seperti biasa di kamar yang berantakan itu, Zera meloncat-loncat sambil memainkan gitarnya . Ia menyanyi keras-keras diiringi lagu kesukaannya yang disetel dengan volume paling tinggi. Rumah sedang sepi, Zera
tahu betul ini saatnya berkuasa. Alexa Si Mata Empat, sepupunya yang yatim piatu dan tinggal bersama di rumahnya menggedor-gedor pintu kamarnya.
"Woi, kalo mo belajar konsentrasi dong! Jangan ganggu gue!!!!"
Alexa mulai berteriak, Zera langsung saja balas berteriak dari dalam kamarnya.
"Yang lagi ganggu siapa?! Elo yang lagi ganggu gue tau!!"
Zera membanting gitarnya ke ranjang, menarik gagang pintu kuat-kuat. Alexa melotot sambil kedua tangannya dipinggang.
"Udah konsernya?!" seru Alexa.
"Elo nggak cukup dimanjain? Gue mo cari sensasi juga dong!"
Alexa melengos, "Tapi gue lagi belajar!"
"Sana belajar aja di rumah temen lo!"
Alexa kembali menatap Zera, "Oke. Gue percayain rumah ama lo!"
Alexa melempar kunci rumah yang sedari tadi dikalungkan dilehernya ke dalam kamar Zera. Ia segera berjalan cepat ke kamarnya. Terdengar suara bantingan pintu. Zera tertawa.
"Bye bye Alexa.....!" teriaknya girang.
Zera menutup pintu kamarnya. Ia mengambil kunci yang tergeletak di lantai lalu meletakkannya ke atas meja belajarnya. Ia mengangkat pigura warna ungu di samping bekernya, lalu mengelus-elus wajah cantik yang ada di balik kaca dengan jarinya.
"Lo cantik banget, Rel!"
Ia pun mencium foto Aurel, gadis yang pernah tersesat di jalan dan ia antar ke rumah. Ia jadi teringat lagi kenangan itu, kenangan yang membuat Zera jatuh cinta untuk pertama kalinya.
"Lo mo ikut nyanyi ama gue Rel?"
Zera pun kembali bernyanyi keras-keras sambil mengangkat-angkat pigura itu ke atas.
Sekitar jam 07.00 Zera sudah tiba di sekolah. Dengan seragam SMU yang sudah dimodif dengan berbagai aksesori, ia melangkah memasuki kelas. Ia pun menghampiri kedua sahabatnya, Rezky dan Dante.
"Hai, Zer. Tumben lo dateng pagi?" sapa Dante.
"Iya dong," Zera lalu duduk di dekat temannya itu.
"Lo tidur jam berapa semalam?" tanya Rezky.
"Yah, tadi malem gue capek. Ketiduran pas jam 9..," jawab Zera.
"Hah, jam 9?"
"Cepet banget, biasanya jam 1?" Rezky tertawa.
Zera pun meletakkan ranselnya keatas meja, mengeluarkan HP-nya lalu memasukkan ke saku celana.
"Hari ini gue mau nembak Aurel..!" seru pemuda itu.
Ia menatap kedua temannya dengan semangat berapi-api. Rezky dan Dante saling pandang, lalu mereka tertawa.
"Gila lo, Aurel kan gosipnya udah jadian sama Erza...," seru Dante.
"Iya. Lo tau kan Zer?" timpal Rezky.
Zera memanyunkan bibirnya, "Itu kan baru gosip. Gue gak mau berhenti sebelum ada kepastiannya!" jawabnya mantap.
Zera lalu berdiri, ia tersenyum lebar. Kedua temannya hanya menatapnya dengan heran.
"Doain gue man!" teriak Zera.
Zera baru saja berjalan keluar kelas, HP-nya bergetar. Ia melihat ada sms masuk, ia segera membacanya. Akhir-akhir ini ia sering mendapat sms berisi puisi yang ia tidak tahu siapa pengirimnya.
Zera berjalan di koridor, lalu berhenti tepat di depan tangga. Ia meloncat kegirangan, ia melihat Mekha dan Shera sedang menaiki tangga. Itu kan temannya Aurel? ujarnya dalam hati. Ia bersandar ke dinding, sengaja menunggu kedua gadis itu naik.
Mekha pun memandang Zera, ia tersenyum tipis. Sementara Shera tidak menyadari bahwa Zera sengaja menunggu mereka naik, ia sibuk mengoceh entah membicarakan apa. Mekha tidak menghiraukan omongan temannya itu, ia tak berhenti memandang Zera.
Ketika keduanya tiba dihadapan Zera, pemuda itu langsung menghadang jalan mereka.
"Eit, tunggu cewek-cewek!" seru Zera.
Shera kaget. Ia langsung meletakkan kedua tangannya dipinggang, siap memarahi Zera. Ia memang terkenal ceriwis dan suka ngomel, tidak seperti Aurel dan Mekha yang lemah lembut.
Zera hanya tersenyum lebar.
"Mendingan elo minggir deh, kita mau ke kantin!" teriak Shera.
"Beri gue waktu sedikit dong, cantik....," gombal Zera.
"Dasar gombal!!!" teriak Shera yang kemudian mendorong Zera. Shera langsung menarik tangan Mekha dan membawanya pergi.
Zera langsung mengejar kedua gadis itu dan melesat kehadapan mereka.
"Dengerin gue sebentar dong, pelit banget!" seru Zera.
"Lo mau ngapain sih, gue laper nih!" balas Shera ketus.
"Ya udah kalo lo mau pergi, kan masih ada Mekha...," jawab Zera sambil nyengir.
Zera langsung menatap Mekha yang dar tadi hanya diam. Gadis itu balas tersenyum.
"Mekha, lo mau nolong gue gak?" tanya Zera.
"Boleh," jawab Mekha.
"Tuh, temen lo aja baek. Tiru dong!" seru Zera sambil memonyongkan bibirnya ke Shera.
"Yeh, bakal kena gampar juga ntar nih anak!" jawab Shera kesal. Ia langsung saja memukuli kepala Zera dengan novel yang sedari tadi dibawanya.
"Shera, lo apa-apaan sih?" seru Mekha sambil meraih lengan Shera.
"Biarin, kesel gue!" teriak Shera.
"Eh, sakit tau!" teriak Zera sambil melesat mundur.
Shera lalu berhenti.
"Udah, lo ngomong aja sama Mekha. Gue udah puas mukulin lo!" seru Shera.
"Hahaha, pukulan lo oke juga," jawab Zera sambil nyengir.
Shera berbalik, "Gue ke kantin sendirian aja!"
Zera tertawa melihat Shera meninggalkan mereka.
Mekha menatap Zera.
"Kita cari tempat ngobrol yuk!" kata Zera sambil berjalan mendahului Mekha.
Tidak lama kemudian mereka tiba di atap sekolah. Dari sana mereka bisa melihat pemandangan yang indah. Sementara itu, angin berhembus dengan dingin, cuaca mulai mendung.
"Lo mau ngomong soal apa?"
Mekha membuka obrolan.
"Gue mau ngomong soal aurel, boleh kan?" jawab Zera.
"Oh, ternyata lo juga penggemarnya Aurel ya?"
Zera tertawa, "Gue pengen tau banyak tentang Aurel!"
"Lo gak denger gosip yang beredar, Zer?"
"Nah, itu dia. Emang beneran apa, Aurel udah jadian sama Erza?"
Mekha tak menatap Zera, ia hanya melihat awan mendung dihadapannya.
"Gue juga gak tau," jawabnya pelan. "Tapi kayaknya gosip itu bener"
Zera terdiam, ia nampak kesal mendengar jawaban gadis itu.
Tiba-tiba Mekha terbatuk-batuk. Ia langsung mengambil botol kecil dari saku roknya. Diambilnya beberapa butir pil dari botol itu dan langsung menelannya.
"Eit. Jangan-jangan lo nih penyakitan?" seru Zera. "Sakit apa lo, Kha?"
"Gak perlu tau kan?" balas Mekha.
Zera berjalan mendekati gadis itu. Dilihatnya kedua mata gadis itu merah dan mulai mengeluarkan air mata.
"Lo kok nangis?" seru Zera bingung.
Mekha langsung berbalik dan mengusap matanya.
"Siapa yang nangis?" serunya. Ia lalu berjalan cepat meninggalkan Zera. "Gue mau masuk kelas, bentar lagi bakal kehujanan kalo kita masih disini"
Zera masih bingung dengan gadis itu.
"Eh, tunggu!" teriak Zera. "Mekha, lo mau kan nanti bantuin gue biar bisa jadian sama Aurel?!"
Mekha tak menjawab, ia malah berlari meninggalkan pemuda itu.
Hujan mulai turun. Zera langsung saja berlari turun dari atap.
Tiba di bawah, ia malah menabrak seseorang.
"Eh, sori, sori"
Zera mundur selangkah sambil menatap gadis yang baru saja ditabraknya.
Aurel bingung melihat Zera yang nampak kaget.
"Eit, sori banget gue beneran gak sengaja," seru Zera yang langsung salting.
"Oke, gak apa-apa kok," kata Aurel sambil berlalu meninggalkan Zera.
Zera masih terpaku, dipandanginya punggung gadis itu sampai menghilang dari pandangannya.
'cintaku padamu bagaikan butiran debu,
banyak dan tak terhitung
dan layaknya debu,
cintaku tak bisa hiasi dirimu
ia hanya sesuatu yang tak akan kau genggam
dan ia tak bisa mnyentuh sanubarimu
dan kini ia tahu, hatimu telah terpaut dengan pesona yang lain'
"Cieee, ini sih penggemar rahasia namanya...."
Mama langsung tertawa dan merebut handphone yang sedang dipegang Alexa.
"Tante jadi penasaran, cewek kayak apa yang naksir Zera?" seru mama.
"Menurut gue sih salah kirim ma," jawab Zera enteng.
"Ceileee, padahal lo nya GR mampus," timpal Alexa.
Zera tak menggubris, malah asyik menguyah rotinya.
Sementara mama masih senyam-senyum.
"Udah ditanyain belum nama pengirimnya?" tanya mama.
"Ya udah sih ma," jawab Zera. "Tapi ya namanya cinta yang rahasia, tuh orang gak mau bales malah sibuk kirim puisi melulu"
Alexa tertawa.
"Idih, ntar malahan bener slah kirim tuh. Taunya cowok pula nantinya.."
"Amit-amit deh kalo di sms-in puisi cinta sama cowok," timpal Zera.
Mama mengembalikan handphone itu pada Zera.
"Coba ditelpon Zer, kasihan 'kan kalo emang beneran dia salah kirim," kata mama.
"Mana mau dia ngangkat ma," Zera langsung menyahut.
"Ya udah deh, buruan makannya ntar telat nyampe sekolah.."
Bel pulang berbunyi, Zera dan kedua temannya berjalan keluar kelas.
"Kita liat tim cheers latihan yuk," seru Zera.
"Aurel lagi, Aurel lagi...," sahut Dante.
"Kalian aja deh, gue mau pulang pengen cepet-cepet tidur siang," jawab Rezky.
"Gue pulang juga deh!"
Zera hanya memonyongkan bibirnya melihat kedua temannya berlalu.
Ia lalu berjalan menuju lapangan tempat tim cheers biasa latihan, tentu saja ia ingin melihat bidadarinya, Aurel.
Belum tiba disana, ia melihat Mekha berjalan setengah berlari dari arah berlawanan.
"Mekha, kok sendirian?" sapanya.
Mekha hanya menatapnya sebentar, lalu kembali berjalan cepat.
"Eit, jangan buru-buru dong," seru Zera lagi sambil membalikkan badan memperhatikan gadis yang baru saja mengacuhkannya itu.
Lalu tiba-tiba saja gadis itu tersungkur.
Zera yang kaget langsung menghampirinya.
"Aduh, gue kan udah bilang jangan buru-buru banget gitu.." katanya sambil membantu gadis itu berdiri.
"Gue tuh mau cepet-cepet pulang....." jawab gadis itu sedikit berteriak.
Zera malah tertegun melihat air mata gadis itu meleleh, sambil ia bangkit berusaha berdiri dengan tubuh yang kelihatan lemah.
"Lo lagi gak sehat Kha?" tanya Zera dengan lembut, "Ya udah gue anterin ya.."
Zera mengulurkan tangannya dan membimbing pundak gadis itu ke sisinya.
Mekha hanya tertunduk sambil menyeka pipinya yang basah.
Mereka lalu berjalan pelan menuju parkiran.
Zera meraih helm nya yang tergantung di stang, lalu menyerahkannya pada Mekha.
"Lo pake helm ya," kata Zera sambil mulai menggeser motor untuk keluar dari posisi parkirnya.
"Tapi lo gak pake helm Zer?" seru Mekha sambil masih tertunduk memegangi helm merah-hitam itu.
"Udah gak apa, yuk naik" jawab Zera.
Mekha lalu naik dan memasangkan helm ke kepalanya.
"Buruan pegang yang kuat, meskipun lo sakit lo mesti pegangan yang kuat karna gue gak mau lo jatuh," kata Zera.
Mekha tersenyum mendengar kata-kata Zera, lalu ia memegang erat pundak pemuda itu.
Mereka lalu bergerak menjauh dari parkiran.
Zera membawa Mekha dengan motornya ke sebuah danau.
"Kok lo mau kita kesini sih?"
Zera menghentikan motornya.
Mekha lalu turun dan berjalan pelan menuju bangku yang terletak di pinggiran danau.
"Gue udah lama gak jalan keluar rumah Zer,"
Zera menghampiri Mekha, "Ya iyalah gak jalan, orang lo dianter terus naik mobil," jawabnya.
"Maksud gue gak kesini Zer.."
Mekha lalu duduk di bangku itu.
Zera ikut duduk disampingnya.
"Lo agak pulihan kayaknya?" tanyanya sambil menatap gadis itu.
Mekha hanya tersenyum tipis.
"Makasih ya lo udah nolongin gue,"
"Iya deh, tapi lo apa gak dicari sama orang rumah?"
"Gue gak tau Zer, hape gue mati abis batre," jawab Mekha, "Tadi gue lari pengen ngejer Shera yang pulang duluan,"
Zera tertawa.
"Gue kaget banget liat lo tadi jatuh, trus lo nangis gitu,"
Mekha tertunduk.
"Aduh, gue jadi malu..." kata Mekha.
"Santai ajalah.." seru Zera.
"Pas gue lari tuh nafas gue sesak Zer, gue gak bisa tahan makanya gue jatuh,"
Zera tersenyum, "Iya, gue tau kok lo ngerasain sakit.."
Mekha malah tertawa malu.
"Hmm, gue batal deh liat cheers latihan,"
Zera lalu bangkit dan mendekat ke bibir danau.
Ia berteriak, "Aureeeeeeeeeeeeeeeeeel, gue cinta sama looooooooooooooo.........!!!!!!"
'aku berjalan mengikutimu,
aku merasakan debaran saat berada didekatmu
tapi semuanya mengatakan padaku bahwa aku tidak pernah ada
dan dialah yang sebenarnya ada dihatimu'
"Udahla, ini orang pasti gak tau kalo yang punya nomor ini gue.."
"Jangan langsung ngomong gitu dong Zer," seru Alexa, "lo mesti lihat sekitar lo, mungkin temen sekelas lo yang tau lo lagi naksir sama Aurel.."
"Mustahil..."
"Ya, siapa tau lo nya aja yang gak nyadar Zer,"
"Ah, bawel lo. Udah buruan naik!" seru Zera yang sudah siap meluncur.
Alexa lalu mendengus kesal sambil mulai naik ke boncengan Zera.
Lalu mereka langsung tancap menuju sekolah.
Selesai memarkirkan motor Zera langsung berjalan cepat menuju kelasnya.
"Pagi Zera.."
Seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
Zera menoleh.
"Remember me?"
Gadis yang tadi menepuk pundaknya sudah berjalan disampingnya sambil tersenyum manis.
"Lupa ya, gue Aurel. Yang lo tolongin pas nyasar tempo hari.." kata gadis itu.
Zera benar-benar kaget Aurel menyapanya.
Hmm, Aurel malah berbicara seperti itu padahal justru Zera yang merasa kalau Aurel yang telah melupakannya.
"Nggak kok, gue gak lupa..," jawab Zera.
"Hmm, kemaren waktu ketemu lo bukannya nanyain apa kabar gitu?"
Zera tertawa salah tingkah.
"Ya, soalnya mendadak gitu ketemunya.." jawab Zera.
Aurel manggut-manggut.
"Eh, sebelum lo turun, gue liat Mekha turun," kata Aurel.
"Iya, iya, kita gak sengaja ketemu disana...," jawab Zera berbohong.
"Ya udah deh, gue cabut ke kelas ya..!"
Aurel lalu berjalan cepat meninggalkan Zera.
Sesampainya di kelas, Zera langsung saja curhat ke teman-temannya tentang pertemuannya dengan Aurel pagi ini.
"Hahahaha, baru disapa doang.."
"Ya, rasanya luar biasa dong..." jawab Zera, "Apalagi pas dia ternyata gak lupa nama gue, malah nyangka kalo gue yang lupa ama dia.."
"Cieeee, cape deh..."
Rezky dan Dante tertawa-tawa melihat temannya itu dimabuk cinta.
"Aurel, gue yang gak bisa lupain lo sampe sekarang........"
Zera terbangun tiba-tiba.
Ia langsung melirik bekernya, 5 menit menuju jam 6 pagi.
"Gila, gak biasanya gue kebangun duluan sebelum beker bunyi," seru Zera sambil bangkit dari ranjang.
Ia mendengar suara getaran handphone. Langsung saja diambilnya handphone yang bergerak-gerak diatas meja.
Ada sebuah sms dari nomor tak dikenal lagi untuk kesekian kalinya.
'kebahagiaan itu saat bertemu menatap wajahmu
tapi saat menyadari ada orang lain dihatimu
aku ingin berteriak bahwa aku yang seharusnya orang itu
aku ingin mengatakannya padamu hari ini Zera,
aku harap kau punya waktu untukku hari ini'
Zera memelototkan matanya.
"Buset, kali ini ada nama gue...!"
Alexa geleng-geleng membaca isi sms yang diterima Zera pagi ini.
"Ckckckck, jadi bener kan bukannya salah kirim?" seru Alexa.
Mama dan Zera saling pandang, lalu mama tertawa terbahak.
"Mama gak nyangka lo ada juga yang naksir kamu," kata mama geli.
"Maksud mama apa coba?" tanya Zera sambil merengut.
"Nah, gue jadi penasaran siapa yang bakal nembak Zera hari ini?" seru Alexa semangat.
"Ah elo, gue malah curiga ini kerjaan Dante atau Rezky yang mau liat gue GR setengah mampus," timpal Zera.
"Kenapa sih, udah jelas ini puisi-puisi cinta beneran Zer," sahut Alexa. "Liat deh, siapa yang bakal ngajak lo ketemuan hari ini!"
"Ah, palingan kerjaan mereka. Untungnya gue gak ngumbar-ngumbar masalah sms ini ke mereka.."
"Met pagi bro..." seru Rezky yang berdiri di depan kelas, kemudian Dante keluar dari dalam kelas.
"Eh, cepet banget lo nyampe Zer, gak biasanya?"
"Iya nih, gue kebangun sebelum jam enam..." jawab Zera sambil menghampiri kedua temannya.
"Hei Zera, met pagi..!"
Rezky dan Dante langsung saling pandang melihat Aurel menghampiri dan menyapa Zera.
Zera takjub dihadapannya kini ada gadis ia gilai.
"Eh Aurel, met pagi juga.." jawab Zera sambil tersenyum lebar.
"Zer,"
Seseorang menarik-narik lengan baju Zera dari arah belakang.
Zera menoleh, ternyata Mekha yang tampak malu-malu menarik lengan bajunya.
"Iya, ada apa Mekha?" tanya Zera bingung melihat gadis itu matanya tertuju pada Aurel.
"Lo mau gak, hari ini nemenin gue lagi ke danau?" tanya Mekha.
Zera tiba-tiba saja teringat kata-kata alexa tadi pagi.
Pikirannya mulai menerawang ke kejadian di hari-hari kemarin.
Gadis yang beberapa hari ini bersamanya, orang yang mengetahui siapa gadis yang dia suka, dan gadis yang mengajaknya untuk pergi hari ini..
Apa mungkin Mekha yang kirim semua sms itu?
"Oke deh, gue bakal nemenin lo"
Mekha tersenyum lebar, "Makasih ya Zer.." katanya senang. "Ya udah gue mau ke kelas dulu, sampai ketemu nanti siang ya.."
"Oke deh," jawab Zera sambil tersenyum.
Mekha lalu berjalan meninggalkan mereka.
"Ehem, akhir-akhir ini lo deket sama Mekha ya?" seru Rezky.
Zera menoleh ke arah kedua temannya.
"Mekha, cantik, pinter, gak kalah populernya sama Aurel.." sahut Dante.
Zera masih saja bingung dengan apa yang ada dipikirannya.
"Nah, kalo dia yang ngajak lo jalan kayak gini, ada kesempatan dong buat lo.." seru Rezky.
Dante langsung menyahut, "Iya Zer, ini kesempatan bagus buat lo. Ketimbang lo nungguin Aurel yang udah santer gosipnya sama anak basket itu?"
Zera hanya diam, ia baru sadar kalau Aurel tadi sudah menghilang dari situ entah sejak kapan.
Zera kini duduk berdampingan dengan Mekha dibangku pinggir danau.
Sedari tadi mereka diam.
Zera menatap Mekha disampingnya, dilihatnya gadis itu tersenyum-senyum tipis menatap ke arah danau.
Menyadari kalau pemuda itu sedang menatapnya, Mekha lalu menoleh dan pandangan mereka bertemu.
"Lo kok diem aja dari tadi Zer?" tanya Mekha.
Zera lalu membuang tatapannya ke arah danau.
"Ada yang lagi ganggu pikiran gue nih," jawab Zera.
"Lagi mikirin Aurel ya?"
"Haha, sok tau banget sih," kata Zera berusaha bersikap biasa. "Nggak lah, ngapain gue repot-repot mikirin dia yang gak mikirin gue?"
"Beneran nih?" seru Mekha, "Kan lo sendiri yang kemaren cerita kalo lo suka sama Aurel?"
"Udahla, lupain aja," kata Zera, "gue pengen sih, disukai orang yang suka juga sama gue.."
"Semua orang juga pengennya gitu Zer," sahut Mekha.
Agak lama mereka berdiam lagi.
"Kalo lo sendiri, ada cowok yang lo suka?" tanya Zera.
Mekha tertawa kecil.
"Entahlah Zer, ada sih cowok yang gue suka, untuk beberapa hari dia juga yang ngisi hidup gue.." jawab Mekha.
"Gue pengen bisa sama-sama dia karna gue nyaman ada dideket dia, tapi dia sih udah suka sama cewek laen.."
"Jadi lo mau nyimpen aja perasaan lo itu?"
"Gue ini penyakitan Zer, mana ada juga cowok yang mau repot-repot ngurusin gue ntar," jawab Mekha sambil tersenyum menerawang. "Dan gue juga gak mau liat cowok yang gue sayang berlelah buat gue.."
Zera hanya terdiam mendengar kata-kata Mekha itu, ia jadi sedikit merinding.
Untuk beberapa saat mereka berdiam lagi, lalu tiba-tiba saja Mekha terbatuk-batuk.
Zera langsung saja mengeluarkan botol minum dari ranselnya dan menyerahkan pada gadis itu. Ia kaget melihat tangan gadis itu yang ingin meraih botol itu merah karna darah.
"Batuk lo berdarah Kha?" seru Zera panik.
"Udah gak apa-apa Zer, udah biasa kayak gini.." jawab gadis itu dengan bibir penuh darah.
Zera benar-benar cemas kali ini, ia menyeka bibir gadis itu dengan tangannya.
"Gue anter ke Rumah Sakit ya.."
"Gak perlu Zer, gue udah biasa kayak gini.." tolak Mekha.
"Pokoknya gue gak mau lo kenapa-napa.."
Zera meraih kedua lengan gadis itu dan dibimbingnya berjalan menuju motornya.
Beberapa jam kemudian..
"Kalian kemana sih?" seru Shera dengan nada cemas, "Mekha itu gak boleh terlalu capek Zer, lo gak liat apa kondisi dia lemah gitu?"
Zera hanya diam dan menyandarkan dirinya ke dinding.
Mereka kini di Rumah Sakit.
Tak lama kemudian Aurel dan Emza datang.
Aurel menatap Zera sejenak dan Zera pun menatapnya, namun gadis itu berjalan melewatinya tanpa menyapa.
Ia langsung menghampiri Shera, "Gimana keadaannya?"
"Kondisinya down banget," jawab Shera, "Ini gara-gara Si Oon Zera ngajakin dia pergi ke danau, mana gak izin dulu lagi sama orang rumahnya Mekha.."
Aurel tertawa kecil, "Ya, gue taunya itu permintaan Mekha sendiri yang ngajakin Zera ke danau. Zera gak mungkin lah ngecewain Mekha, cewek yang dia sayang.." katanya sambil melirik ke arah Zera.
Zera bingung kata-kata Aurel itu.
"What? Maksud lo apa Rel?" tanya Shera kaget, yang kemudian menatap Zera dengan bingung.
"Loh, masa lo gak tau? Bukannya kalian udah jadian ya Zer?"
'dear zera, ini sms terakhirku buat kamu,
makasih zer kamu udah ada dikehidupan aku,
mulai hari ini, aku rasa aku gak perlu kirim sms kayak gini lagi ke kamu'
Zera nampak kalut, ia semakin yakin gadis itu adalah Mekha. Mungkin saja Mekha mengurungkan niatnya untuk menyatakan cinta padanya seperti yang ia katakan kemarin, ia akan menyimpan perasaan itu.
Hari ini hari minggu, Zera menyempatkan diri menjenguk Mekha ke Rumah Sakit. Ia mendapat kabar bahwa keadaan gadis itu sedikit membaik namun hari ini ia harus segera dioperasi.
"Jam berapa operasinya tante?" tanya Zera pada orang tua Mekha yang baru saja keluar dari ruang rawat.
"2 jam lagi," jawab wanita itu sambil tersenyum, "kamu masuk gih, Mekha mau ngomong.."
Zera tersenyum tipis, lalu ia langkahkan kakinya ke ruang rawat Mekha.
Mekha yang terbaring sudah menunggunya, ia langsung tersenyum melihat Zera masuk.
"Makasih ya Zer," kata Mekha pelan.
Zera mengangguk sambil tersenyum, ia lalu duduk di kursi di samping ranjang.
Diletakkannya kantong berisi buah-buahan yang telah ia bawa.
"Lo istirahat aja ya, bentar lagi kan mau dioperasi.." kata Zera lembut.
"Iya Zer, tapi aku takut banget kalu mau dioperasi.." jawab Mekha.
"Tapi ini gak boleh ditunda-tunda lagi kayak kemaren Kha.."
"Iya sih, ini juga salah aku yang gak pernah mau dioperasi," kata Mekha.
"Lo gak perlu takut Kha.." kata Zera.
Sedikit ragu, tapi akhirnya pemuda itu meraih lengan Mekha dan digenggamnya erat.
"Lo gak perlu takut karna ada gue disini," lanjutnya, "gue bakal jagain lo dan terus berdoa biar lo bisa sehat lagi.."
Mekha tersenyum lebar kali ini.
"Iya, gue sayang sama elo Kha.."
Mekha nampak senang sekali, air matanya mulai mengalir.
"Gue juga, sayang sama elo Zer.."
Tetapi kemudian mereka menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka.
"Aurel, masuk rel..." seru Mekha.
Aurel rupanya sedari tadi menunggu di balik pintu, ia lalu masuk dan terlihat menyeka matanya yang basah.
Tepat satu bulan sudah semenjak operasi yang dijalani Mekha berjalan lancar.
Dan satu bulan juga hari jadi antara Zera dan Mekha.
Hari ini hari minggu, Zera dan Mekha berjalan-jalan ke mall.
"Kita mau makan dimana sayang, aku udah laper nih.." seru Mekha sambil menarik lengan Zera yang memegangi kantong belanjaan mereka.
"Di resto steak aja sayang, aku pengen makan steak.." jawab Zera.
"Eh, iya ya. Udah lama kita gak kesana.."
Zera merasakan hape di saku jeans nya bergetar, ia langsung meletakkan kantong belanjaannya ke lantai.
Zera terkaget dengan sederet nomor yang memanggilnya itu. Deretan nomor yang sudah lama tidak ia lihat, namun sudah tidak asing lagi. Ia ingat deretan nomor itu adalah nomor yang digunakan Mekha untuk mengirimkan puisi padanya sebelum mereka jadian dulu.
Zera menatap Mekha yang juga menatapnya dengan heran.
"Kenapa gak diangkat sayang? Siapa yang telpon?" Mekha bertanya.
Zera sangat bingung tapi juga ia ingin segera tau siapa yang meneleponnya dengan nomor itu.
"Halo?"
"Zer, ini Aurel. Dante kecelakaan Zer, sekarang di Rumah Sakit Sanjaya..!"
Telpon terputus.
"Siapa yang telpon sayang?" tanya Mekha yang heran melihat raut wajah kekasihnya itu.
"Nomor Aurel berapa?"
"Hmmm, kalo gak salah ujungnya 0879" jawab Mekha.
"Ya, brarti Aurel yang telpon barusan.."
Mekha menarik handphone nya dari saku, "Oiya, hape ku mati abis batre. Pantesan dia nelpon kamu.."
"Dante kecelakaan, yuk kita langsung ke Rumah Sakit..."
"Ya ampun, dimana?"
"Sanjaya.."
Zera jadi ingat deretan kata-kata yang pertama kali ia terima dari pengagum rahasianya ketika ia baru terbangun dari tidurnya.
'aku ingin membangunkanmu dari mimpi bukan untuk membawamu pergi dari keindahan,
tapi untuk membawamu kepada keindahan yang nyata
aku ingin mengisi harimu seperti matahari yang selalu bersinar di siang hari, dan rembulan di malam hari
tapi aku mungkin tak berani untuk saat ini, berkata langsung menyapa jiwamu
jiwamu yang ungu dengan kasih yang belum ku tahu untuk siapa'
Zera tertawa di dalam hati. Ia pikir kalau ia menceritakan hal ini pada Alexa, pasti gadis berkacamata itu akan memarahinya sambil berkata, 'kenapa juga lo gak pernah ngebahas soal sms-sms itu sama Mekha?'
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar