Minggu, 21 Oktober 2012
Apa itu 'Kesetiaan?'
"Ini siapa sayang..??"
"Sori Mi, itu mantan Pi. Nanti Pi hapus foto-foto Pi sama dia.."
Irene mulai berkacak pinggang sambil merengut pada kekasihnya.
"Pake nanti lagi? Sekarang, Mi mau Pi hapus semua foto-foto Pi sama mantan Pi yang masih bersisa dimana pun itu...!!"
Reqqie mulai manyun, tapi ia mulai menggerakkan kursor laptopnya.
Indah yang sedari tadi duduk disamping Irene hanya tertawa kecil sambil menepuk pundak temannya itu.
"Lo sadis bener Ren. Itu 'kan kenang-kenangan buat Reqqie..." katanya berkomentar.
"Peduli amat, mantan itu masa lalu. Gue yang bakal jadi masa depan Reqqie..!!!"
Reqqie tak berkomentar apapun, ia hanya menatap serius ke layar facebooknya. Ia hapus satu-persatu foto-foto lucu dan romantisnya itu.
"Udah selesai Mi, Pi mau cari makan dulu ya.."
Reqqie mulai beranjak dari duduknya sambil tersenyum manis pada Irene.
"Buruan Pi, Mi udah mulai laper nih..."
"Qi, gue beliin juga pake duit lo dulu ya.."
Reqqie menyahut, "Iya cewek-cewek cerewet...!!!"
Pemuda itu langsung bergegas menerobos keramaian taman kota pagi itu.
"Ih gila, capek juga ya lari baru tiga keliling.."
Indah mengelap wajah dengan handuk kecilnya.
Irene mulai mengecek semua album foto pacarnya difacebook.
"Reqqie beneran sayang gak sih sama gue?" ia mulai bergumam.
"Yakin ajalah. Lo bakal ngerasain sendiri kok kalau lo jalanin agak lama, ini 'kan baru kelar dua bulan.."
Irene meng-klik tombol logout dan mulai membuka akunnya sendiri.
"Kira-kira dia bakal selingkuh gak ya?"
Indah menggelengkan kepalanya dengan heran.
"Lo ngapain sih mikir kayak gitu?"
"Ya gue takut aja, gue gak mau baru pertama pacaran taunya diselingkuhin.."
Indah tertawa.
"Ren, gue tau caranya ngetes cowok itu setia apa nggak.."
"Serius? Gimana?"
Irene menatap Indah yang mulai tersenyum aneh.
***
"Gue mau kita putus..."
Reqqie nampak bingung. Kemudian ia langsung tertawa sambil memegang kedua pundak Irene, namun gadis itu langsung menepisnya.
"Lo gila ya, lo ngomong apa barusan? Putus?"
Irene mendongak menatap Reqqie dengan tatapan serius.
"Gue gak gila, dan gue juga gak main-main Reqqie. Gue mau kita putus,"
Reqqie menatap Irene cukup lama.
"Kenapa lo mau putus?"
Irene hanya tersenyum.
"Lo jawab dong. Apa alasan lo mutusin gue tiba-tiba gini?"
"Gue bosen sama lo,"
Tanpa melepas senyumannya, Irene langsung berbalik dan menarik tangan Indah yang sedari tadi berdiri dibelakangnya.
Mereka berdua berjalan meninggalkan Reqqie yang nampak terpukul.
Begitu tiba dikantin sekolah, Irene nampak gemetaran.
"Mas, bakso dua ya....!!!" teriak Indah pada Bapak tua yang sedang sibuk mengaduk masakannya.
Irene menarik lengan Indah dan langsung menggenggamnya.
"Ya ampun. Gak perlu sampe gemetaran gitu kali..."
Indah mulai tertawa.
"Gue gak tahan liat ekspresi dia tadi. Gue yakin banget dia masih sayang sama gue..."
"Alahh, lo belum tau apa yang bakal terjadi setelah ini..."
"Iya, lo bener banget. Kita belum tau yang bakalan terjadi.."
Indah tersenyum.
"Eh, waktu itu lo bilang Bayu nembak lo 'kan?"
"Iya, begitu gue bilang udah jadian ama Reqqie dia langsung ninggalin gue..."
"Gue bakal bilang kalo lo udah jomblo. Lo ikutin aja apa kata gue..."
***
"Lo pasti tau sesuatu Ndah, lo tuh temen dia yang paling deket..."
Indah nampak bingung, ia tidak berani menatap Reqqie yang nampak memelas.
"Please Ndah. Lo 'kan biasanya bantuin kita kalo kita lagi marahan.."
"Sori, gue gak tau kenapa dia mutusin lo.."
"Lo pasti bohong Ndah. Gue gak percaya kalo dia tuh mutusin gue karna bosen sama gue.."
Indah terdiam sejenak, sementara Reqqie masih menunggu jawaban darinya.
"Sori ya. Tapi lo mesti tau tentang ini...."
"Tau tentang apa Ndah?"
"Irene udah jadian sama Bayu.."
Reqqie menatap Indah dengan tak percaya.
"Gak mungkin..."
"Tapi itu yang terjadi. Dan Irene juga pernah cerita kalau dia sempat suka sama Bayu.."
Mendengar itu, Reqqie langsung berbalik meninggalkan Indah.
Irene yang menatap dari kejauhan sangat penasaran dengan apa yang dibicarakan keduanya sejak tadi. Langsung saja ia berlari menghampiri Indah sambil menenteng tasnya.
"Reqqie bilang apa Ndah?"
"Sebaiknya lo jauhin dia.."
Irene menatap sahabatnya itu dengan bingung.
"Kenapa lo ngomong gitu? Dia ngomong apa sama lo?"
"Bayu mungkin bakal lebih baik dari dia.."
"Dia ngomong apa Ndah?"
Indah mulai melangkahkan kakinya. Irene langsung buru-buru mengejar sahabatnya itu.
***
Irene membuka pintu kamar dan langsung menutupnya lagi. Ia bergegas melempar tasnya dan langsung mengambil bingkai foto yang ia pajang diatas meja belajarnya.
Cukup lama ia memandangi foto dibalik kaca itu, kenang-kenangan saat ia jadian dengan Reqqie. Air mata gadis itu langsung tumpah. Sambil sesenggukan ia melemparnya ke dinding dan bingkai itu langsung melanting ke lantai mengeluarkan suara yang gaduh.
Irene langsung menghampiri bingkai yang tergeletak di lantai itu dan menginjak-injaknya sambil menangis.
Ia lalu terduduk disitu dan mulai memaki-maki.
Sampai pada saat ponsel disaku seragam SMU-nya itu berdering, Irene mulai mengelap air mata diwajahnya dan meraih ponsel itu tanpa melihat siapa yang meneleponnya.
"Halo.."
"Irene?"
"Anjing, ngapain lo nelpon gue?"
"Gue mau ngomong sama lo.."
"Dasar anjing lo. Mau ngomong apa lagi lo sama gue?"
"Malem ini gue tunggu lo di tempat biasa jam delapan.."
***
Jam delapan, seperti yang ia sudah janjikan, Reqqie mulai memasuki cafe dan langsung mencari Irene. Matanya mulai menyapu ke seluruh ruangan.
Irene tak memedulikan Bayu sama sekali, ia sedari tadi memperhatikan pergerakan jarum jam ditangannya.
"Kamu mulai bosen disini?"
Irene langsung saja mendongak menatap Bayu.
"Emm, gak kok. Siapa bilang?"
"Dari tadi liatin jam melulu? Atau mau jalan-jalan keluar?"
Gadis itu mulai gak keenakan, ia memaksakan bibirnya untuk tersenyum.
"Gak apa sayang. Kita disini aja.."
Bayu tersenyum, lalu tangannya mulai meraih lengan kanan gadis itu.
Irene nampak gugup sekali, baru kali ini ada lelaki lain yang menggenggam lengannya selain Reqqie.
Sambil menatap Irene, Bayu mulai mengecup lengan gadis itu.
Sementara itu, Reqqie yang sedari tadi memperhatikan pemandangan itu langsung saja menghampiri mereka dengan emosi yang semakin menjadi.
Irene nampak kaget dengan kedatangan mantan pacarnya itu.
"Brengsek lo....!!!!"
Bayu yang kaget tidak siap menerima pukulan yang tiba-tiba didaratkan Reqqie ke wajahnya. Reqqie langsung menarik kerah baju Bayu dan memaksa pemuda itu berdiri. Langsung saja ia pukul pemuda itu dengan bertubi-tubi.
"Reqqie stop, brenti pukul dia..!!!"
Irene mulai beranjak dan menghampiri pemuda yang semakin menggila itu. Ia khawatir sekali karena Bayu hampir tidak bisa membalas apalagi lepas dari pemuda itu.
"Reqqie, sudah jangan pukul lagi...."
Irene menarik lengan Reqqie dengan kuat, namun Reqqie langsung menepisnya dan kembali memukul Bayu.
Irene terjatuh ke lantai.
Para pengunjung cafe mulai mengerumuni mereka.
"Irene.."
Bayu hanya bisa memandangi Irene yang mulai menangis sesenggukan. Gadis itu menangis sambil terduduk dilantai.
Reqqie yang mendengar suara tangisan itu mulai menghentikan kegilaannya dan mendorong jatuh tubuh Bayu.
Ia membalik badan dan menatap Irene.
Irene juga menatapnya. Namun, tatapan gadis itu membuatnya terpukul sekali.
Ia kecewa sekali pada gadis itu.
Tanpa pikir panjang ia langsung menerobos kerumunan itu dan menghilang.
***
"Dia gak masuk lagi?"
"Iya..."
Irene nampak lemas sekali. Sambil menghela nafas panjang ia mulai menidurkan kepalanya keatas meja.
"Udah lima hari dia gak datang ke sekolah.."
"Lo masih gak mau dateng ke rumahnya? Lo tuh sekarang pacar Bayu..."
Irene menatap Indah yang duduk didepannya sambil membalik menatap kearahnya.
"Ya, nanti malem gue coba dateng ke rumahnya..."
"Nomornya juga masih gak aktif, Ren?"
"Iya Ndah, gue denger dari temen-temen, Reqqie juga gak sekolah sejak tiga hari yang lalu.."
"Kita mesti cari tau, Ren.."
Irene mulai menutup kedua matanya.
"Mana yang namanya Irene???!!!"
Irene buru-buru membuka matanya lagi dan langsung mendongak. Hampir semua oramg dikelas itu menunjuk kearahnya.
Ia tidak mengerti siapa wanita yang sedang berjalan cepat menghampirinya dengan tatapan jijik.
"Kamu yang namanya Irene?"
Irene langsung berdiri dan menatap wanita itu.
"Iya, saya Irene.."
"PLAKK..!!"
Irene terdiam sejenak, kemudian mulai mengelap bibirnya yang mulai berdarah.
Semua yang menyaksikan wanita itu menampar Irene langsung terkaget-kaget.
"Salah Bayu apa, sampai-sampai harus mati ditangan kamu?!"
Irene langsung menatap wanita itu dengan bingung.
"Bayu..."
Wanita itu mulai menangis.
"Bayu memang sering menceritakan kamu, tapi kenapa saat dia bahagia sudah jadi pacar kamu malah dia jadi seperti ini...?!"
"Bayu kenapa tante?"
Irene mengeluarkan suara dengan takut-takut.
Wanita itu menatap Irene lekat-lekat.
"Saya ibunya Bayu. Saya datang kesini karna saya mau sampaikan sama kamu, Bayu sudah dibunuh oleh mantan pacar kamu...."
Tubuh Irene mulai gemetar. Ia tak percaya harus mendengar ini semua.
"Reqqie..? Gak mungkin...!"
***
"Reqqie....?"
"Ngapain lo kesini....?"
Irene mulai menangis sesenggukan.
Reqqie yang duduk disudut ruangan sempit itu, hanya memandang mantan kekasih yang sedang menengoknya itu dari kejauhan.
"Gue tanya ngapain lo kesini?"
Irene malah semakin menjadi, tangisannya malah semakin terisak dan pilu.
"Lo udah makan belom Pi? Mi bawain makanan kesukaan Pi..."
"Lo ngomong apa, Ren?"
Reqqie mulai merebahkan tubuhnya sambil membelakangi Irene.
"Gue ini gak pantes makan masakan lo lagi, dan lo gak usah panggil gue dengan sebutan itu lagi..."
Irene yang mendengar kata-kata itu, semakin tersayat hatinya. Ia hanya bisa menatap pemuda itu dari kejauhan, dibalik sel.
"Bayu udah mati 'kan? Itu tanda cinta gue sama lo Ren..."
Irene menggeleng.
"Bukan itu yang gue mau, bukan itu..."
"Lo gak perlu jelasin lagi, Indah udah cerita semuanya Ren. Lo gak salah sedikitpun.."
"Maafin gue..., Gue waktu itu juga gak yakin waktu Indah bilang lo nembak dia waktu itu...."
"Sampai gue keluar dari sini, atau sampai gue mati... Gue tetep milik lo seorang, gue gak pernah mikirin siapapun selain lo dan gue gak akan rela siapapun selain gue bisa milikin lo..."
Irene sangat terpukul sekali.
Menyesal, hanya sesal yang ada dikepalanya sekarang.
Ia harus merelakan satu-satunya pemuda yang cintai terkurung didalam penjara sebagai pembunuh, dan juga harus menerima akibat dari kecemburuan sahabat yang rupanya juga mencintai pemuda yang ia cintai.
Indah merencanakan ini semua, karna ia ingin hubungan Irene dan Reqqie hancur.
TAMAT
Kalau sudah cinta, buat apa ragu?
Setan bisa meracuni keraguanmu itu dan merubahnya menjadi sebuah kebodohan :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar