Sabtu, 06 Juli 2013

My Little Girl ;)



“Eun Chan, ayo cepat!”
Hye Rin terus menoleh ke belakang. Gadis itu masih berjalan tanpa melihat apa yang ada di depannya. Dua langkah lagi ia menabrak teman sekelasnya yang bertubuh gempal, Gim Bab.
Gim Bab yang sedang berdiri menghadap Hye Rin langsung mendorong tubuh gadis itu.
“Bodoh, kau akan menabrakku!” teriak Gim Bab.
Hye Rin langsung mendongak. “Ohh,  mian heyo[1]!” serunya. Lalu gadis itu tertawa.


Gim Bab tak menjawab. Melihat lurus ke arah gadis yang sedang berjalan sambil menunduk di belakang Hye Rin.
“Eun Chan, kau memakai seragam milik kakakmu?!” Gim Bab berseru.
Eun Chan masih menunduk. Kali ini gadis bertubuh mungil itu menghentak-hentakkan kakinya ke bumi.
“Baiklah, Halmoni[2] salah memasukkan baju olahraga ke dalam tasku!” jawab Eun Chan dengan marah. “Jangan banyak komentar lagi, aku sudah terlalu malu!”
Hye Rin tidak bisa menahan geli, ia tertawa terbahak-bahak melihat Eun Chan yang mulai menarik-narik baju dan celana milik Eun Byo yang sedang dipakainya, baju berukuran XL itu jelas sekali membuatnya terlihat konyol.
Eun Chan mendengus keras. Lalu dengan emosi meluap-luap, ia berjalan menghentak mendekati teman-teman sekelasnya yang sudah berbaris di tengah lapangan.
“Lho, ada apa ini?” Ibu Park langsung kebingungan melihat Eun Chan yang masuk ke barisan paling belakang. “Seo Eun Chan, mana seragammu?”
Eun Chan sudah meramalkan kejadian ini sejak di ruang ganti tadi. Halmoni, kalau boleh aku ingin membakarmu kalau sudah tiba di rumah nanti! Ia terus membayangkan wajah menyebalkan Nenek sambil mengepalkan kedua tinjunya.
“Neneknya salah memasukkan baju ke dalam tasnya!” teriak Gim Bab.
Seketika semua yang ada di lapangan itu langsung menertawai Eun Chan. Sementara gadis itu hanya menunduk sambil menggertakkan semua giginya.
Suara tawa tadi berubah bisik-bisik bahkan teriakan riuh kali ini. Namun Eun Chan tak mau tahu. Demi apapun, gadis mungil bermata besar itu sangat membenci pelajaran olahraga sekaligus guru yang mengajarnya, Ibu Park.
Hye Rin mulai menarik-narik tangan Eun Chan. “Hei, gadis bodoh, kau sedang apa? Coba lihat yang sedang berdiri disamping Ibu Park sekarang!” seru gadis berambut panjang itu.
 Joheun achimieyo[3]. Perkenalkan, nama saya Go Jung Woo!”
Mendengar Jung Woo memperkenalkan diri sambil tersenyum lebar, para gadis langsung berseru.
Eun Chan mendongakkan kepala, mulai mengerjapkan matanya. Ikut melihat ke arah pemuda tampan yang berhasil menyedot perhatian semua teman-temannya.
“Nah, anak-anak nakal, mulai hari ini Pak Go akan mengajar kalian,” kata Ibu Park. “Perlakukanlah beliau dengan sopan, okay?”
Semua temannya menyerukan kata ‘okay’ berbarengan, tapi Eun Chan hanya diam. Kali ini bukan karena salah kostum, tapi pemuda yang bernama Go Jung Woo itu. Pemuda dengan rambut ikal disemir cokelat kekuningan dan sedikit gondrong itu membuatnya merasa seperti seribu kupu-kupu muncul dan beterbangan di sekelilingnya.
***
“Hei, yang berbaju lain sendiri, gerakkanlah semua kakimu dengan penuh semangat!”
Eun Chan terperanjat mendengar Jung Woo meneriakinya. Sambil terus berlari, ia menoleh ke arah Jung Woo dan mengangguk. Ia merasa konyol sekali, berlari sambil menahan agar tidak menginjak celana besarnya yang kepanjangan.
“Lakukan lebih baik lagi dari teman-temanmu. Fighting!” seru Jung Woo sambil tersenyum.
“Eun Chan!” Hye Rin berteriak di seberang. “Apa mungkin mulai hari ini kau akan menyukai pelajaran olahraga?!”
Eun Chan menoleh. Tidak mau menjawab. Malah ia membelok menuju Jung Woo yang sedang berdiri di tepi lapangan.
“Hei, kau baru berlari satu putaran…” Jung Woo kebingungan melihat Eun Chan yang nampak ngos-ngosan.
“Aku tidak kuat berlari lagi..” jawab Eun Chan pelan sambil menjatuhkan tubuhnya tepat di bawah pohon.
“Eun Chan, hari ini kau berlari semangat sekali!” teriak Hye Rin yang berlari melewati Eun Chan dan Jung Woo.
Jung Woo mendekati Eun Chan dan menyodorkan botol berisi air mineral. “Minumlah,” katanya ramah.
Eun Chan langsung merebut botol itu. Sambil mencoba mengatur nafas, ia berseru.
“Aku tidak pernah menyukai pelajaran olahraga, tapi kali ini rasa sukaku muncul begitu saja ketika aku melihat Dangsineun[4] tersenyum!”
Mendengar itu, Jung Woo terdiam. Beberapa saat kemudian ia tertawa sambil menepuk-nepuk bahu gadis yang baru berumur 17 tahun itu.
“Mungkin rasa sukamu itu tertuju padaku ya?” godanya sambil tersenyum ramah.
Eun Chan terlonjak. Sekarang wajah mereka berdua berada di jarak yang sangat dekat. Terulang lagi, ia merasa seribu kupu-kupu terbang mengelilinginya.
“Ya ampun, kau mimisan!”
***
Seonsaengnim!”[5]
Jung Woo baru saja keluar dari ruang guru. Pemuda itu langsung berbalik mendengar seseorang memanggil.
Oneul jeul gowo seumnida!”[6] Eun Chan berseru.
 Engg…Mulon Imnida!”[7]
Eun Chan berjingkat-jingkat mendekati Jung Woo yang masih menatapnya dengan heran.
“Anda pulang naik apa?”
“Naik mobil,” jawab Jung Woo. “Kau dijemput?”
Eun Chan langsung menyeringai lebar. Kepalanya digeleng-gelengkan dengan semangat.
“Hari ini orang tuaku tidak bisa jemput,” jawab Eun Chan dengan genit. “Bolehkah saya ikut?”
***
Eun Chan bahagia sekali. Gadis itu tak berhenti mengoceh, padahal Jung Woo menanggapinya hanya dengan anggukan dan senyuman.
“Hei, Kentang Busuk. Kau berjalan pelan sekali? Ayo cepat masuk!”
Eun Chan langsung melihat ke arah wanita yang barusan menyapa Jung Woo. Wanita cantik itu mengenakan blazer rapi dan high heels, berdiri bersandar di sebuah sedan hitam.
“Jung Sah, kita antar muridku sebentar ke rumahnya ya,” kata Jung Woo pada wanita tadi. Lalu diliriknya Eun Chan yang mulai cemberut. “Eun Chan, ayo!”
“Aku tidak jadi ikut, kalian pulang saja berdua!”
Jung Woo yang baru saja membukakan pintu mobil langsung berbalik lagi. Ditatapnya Eun Chan dengan heran. “Kenapa?” tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya.
Eun Chan tak menjawab. Gadis itu menunduk, lalu menutupi wajah dengan kedua tangannya. Langsung berbalik meninggalkan Jung Woo dan Jung Sah.
“Eun Chan. Eun Chan, kau kenapa?!”
Jung Woo benar-benar bingung. Ia mundur-maju, bingung harus mengejar muridnya itu atau tidak.
“Apa-apaan itu?” Jung Sah ikut-ikutan heran. “Dia bertindak seperti pacarmu yang cemburu melihatku..”
***
Suara peluit panjang terdengar.
“Baiklah, kalian sudah berlari tiga putaran. Sekarang kumpul lagi!” teriak Jung Woo.
Eun Chan, Hyu Rin, dan teman-temannya langsung berjalan menuju tepi lapangan.
“Seo Eun Chan, apa kau sedang jatuh cinta?” Hye Rin berbisik nakal sambil menengok wajah putih Eun Chan yang memerah karena kepanasan.
Eun Chan menoleh. Ditatapnya Hye Rin yang masih tersenyum aneh padanya.
“Kau bicara apa, Song Hye Rin?” tanya Eun Chan sambil mengelap keringat di lehernya.
“Aku pernah melihat foto Pak Go yang sedang mengajar kau jadikan wallpaper ponselmu,” jawab Hye Rin. “Kau suka padanya kan?”
Eun Chan hanya menjawab dengan siulan. Gadis itu mencoba berdiri tegap dengan kedua kakinya yang letih. Nafasnya masih tersengal-sengal.
“Eun Chan, hanya satu bulan ini saja ia berada di sini,” lanjut Hye Rin. “Dia akan kembali kuliah lagi setelah tugas praktek mengajarnya selesai. Kau tidak mau menyatakan perasaanmu padanya?”
 “Kau ini berisik sekali,” sahut Eun Chan. “Dengar ya, aku tahu apa yang harus kulakukan!”
Hye Rin menarik tangan Eun Chan. Matanya bergerak seperti mengisyaratkan sesuatu.
Eun Chan yang mengerti isyarat dari Hye Rin langsung menoleh ke samping kanannya. Ternyata orang yang sedang mereka bicarakan sedang berdiri di sana.
Ottokhe Jinesimnika[8]?” sapa Jung Woo dengan ramah.
Cal Cinemnida[9], Seonsaengnim!” jawab Hye Rin dengan semangat.
Eun Chan hanya menatap Jung Woo dengan sinis. Tak mau menjawab sapaan Jung Woo.
Jung Woo langsung menunduk menyadari Eun Chan masih marah padanya. “Eun Chan, yang waktu itu..” katanya dengan ragu-ragu. “Waktu itu kau marah padaku?”
Hye Rin menatap Eun Chan dan Jung Woo bergantian. Ia merasakan ada sesuatu yang telah terjadi di antara keduanya. Langsung saja disenggol-senggolnya tubuh Eun Chan.
“Saya rasa ada hal serius yang mau saya sampaikan pada Anda,” kata Eun Chan, menambah rasa penasaran Hye Rin. “Terkait masalah kemarin.”
Jung Woo mengangap heran.
“Apa?!”
“Hari Minggu jam sepuluh di depan gerbang sekolah,” lanjut Eun Chan. “Saya harap Anda datang sendirian, datanglah sebagai pria sejati!”
Hye Rin terlonjak kaget.
Jung Woo terdiam. Jantungnya serasa meledak-ledak. Kaget sekaligus malu. Apa yang terjadi terasa sangat membingungkan baginya. Ia kehabisan akal menghadapi muridnya yang satu ini.
***
Jung Woo menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah. Matanya bergerak menatap gadis mungil yang sedang berdiri menyandarkan punggung ke sisi gerbang.
Ditatapnya gadis itu. Eun Chan tidak memoles wajahnya dengan make up sama sekali. Biar bagaimanapun, gadis bermata besar itu tetap terlihat cantik. Ia menguncir rambut ikal sebahunya menjadi dua bagian, mengenakan kaus lengan panjang, rompi rumbai berlapis, rok pendek dan sepatu boots.
            Jung Woo membuka jendela lalu menjulurkan lehernya. “Ayo masuk!” serunya.
            Eun Chan melirik ponselnya. “Jam sepuluh lewat sepuluh menit,” katanya. Ditatapnya Jung Woo. “Oppa,[10] kau membuatku menunggu di sini sepuluh menit!”
            “Oppa?!” Jung Woo langsung menaikkan kedua alisnya. Bingung.
            “Sebagai hukuman, kau harus mengikuti semua perintahku hari ini!”
***
Malam hampir tiba. Jung Woo sering sekali menghela napas hari ini. Pemuda itu semakin pusing menghadapi tingkah Eun Chan yang memaksanya berkeliling di Lotte World[11]. Ia merasa, gadis itu memaksa menghilangkan jarak di antara mereka, guru dan murid.
Oppa, ayo buka mulutmu!”
Jung Woo merasa malu sekali. Bagaimana kalau ada guru atau murid yang melihat ini? Bingung. Kalau aku marahi, mungkin gadis ini akan merajuk lagi.
Oppa, ayo. Ini enak sekali!” Eun Chan masih berteriak sambil menyodorkan sendok berisi ice cream ke depan wajah Jung Woo.
Jung Woo terdiam. Mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya lagi. Kemudian mulai membuka mulutnya.
“Nah, begitu dong!” seru Eun Chan. Puas ia melihat Jung Woo mulai mengunyah ice cream yang disuapinya.
Jung Woo mengalihkan pandangannya dari tatapan Eun Chan.
“Kau kenapa? Takut Jung Sah melihatmu sedang bersamaku?”
Mendengar kalimat itu meluncur dari mulut Eun Chan, Jung Woo langsung menoleh lagi. Ia menggeleng-geleng.
“Bahkan aku masih ingat nama wanita cantik itu, padahal aku baru mendengar kau menyebutnya sekali saja..”
“Kau pikir Jung Sah itu pacarku?”
“Memangnya bukan? Dia bukan pacarmu? Tolong katakan memang bukan!” Eun Sah berseru penuh semangat kali ini.
“Hei, Go Jung Woo. Pan gawoyo!”[12]
Jung Woo langsung berteriak kaget. “Jung Sah?!”
“Bagus. Kau bilang pergi main bilyar dengan temanmu tapi malah berkencan dengan anak kecil ini?!” Jung Sah mendekat lalu menatap Eun Chan dengan sinis.
“Hei, Ajeomani[13]. Aku bukan anak kecil, hanya lebih muda darimu!”
Jung Sah memelototkan matanya. Gheuraeyo?!”[14] teriaknya. “Kau ini menyukai dia kan? Kau tidak sadar perbedaan tinggi badanmu dengannya hampir lima puluh senti?!”
Ajeomani, kau tidak berpikir kalau dia akan lebih menyukai gadis yang lebih muda dan imut sepertiku?!” Eun Chan berdiri dan balas memelototi Jung Sah.
Jung Sah tak menjawab. Perempuan itu hanya tertawa lalu menatap Jung Woo yang mulai meringis.
Chagiya[15], ayo antar aku pulang sekarang!” teriak Jung Sah.
Jung Woo langsung mendengus. “Apa-apaan kau ini? Kemana teman-temanmu?”
“Aku kehilangan mereka karena di sini sangat ramai, okay?!” jawab Jung Sah. “Ponselku habis batre. Aku tidak tahu mereka ada di mana!”
Jung Woo tak menjawab. Hanya melihat ke arah Eun Chan yang masih menunduk sambil menggigiti bibir. Gadis itu nampak kesal sekali.
“Eun Chan..” desah Jung Woo. “Mian Heyo[16]..”
A, ne..” Eun Chan mulai mendongakkan kepalanya. Kwen chan ayo,” [17] katanya sambil melempar senyum pada Jung Woo.
Jung Woo merasa tidak enak. Jelas sekali wajah gadis itu nampak murung. Lagi pula, ada buliran air mulai keluar dari pelupuk matanya.
“Eun Chan!”
Eun Chan langsung berbalik menyembunyikan tangisnya. “Aratsoyo[18],” desahnya pelan. Ju mal cal cineseyo[19],” katanya sambil berlalu.
Jung Woo tertegun. Terbata-bata ingin mengucapkan sesuatu, namun seperti tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Jung Sah hanya diam menatap Jung Woo. Perlahan melengkungkan senyum.
Jung Woo masih memandangi Eun Chan yang kian menjauh.
***

Eun Chan duduk sendirian di tribun stadion sekolah. Sepi di sana-sini. Gadis itu bukan sedang menonton kakak kelas yang sedang latihan baseball, tapi melamunkan sesuatu.
Annyong hasimnika?”[20]
Eun Chan menolehkan kepalanya dengan pelan. Kedua tangannya masih melekat di dagu. Seonsaengnim?”
Jung Woo melangkah pelan lalu duduk di samping gadis itu. Setelah menghela napas pelan ia bekata, “Aku minta maaf atas tindakan Jung Sah kemarin..”
“Ye..” Eun Chan mengangguk pelan. Lanjut melemparkan pandangannya kembali ke lapangan.
“Jung Sah memang suka membuat onar seperti itu,” kata Jung Woo sambil menepuk bahu Eun Chan. “Dia kakakku.”
Eun Chan masih melamun sehingga kata-kata Jung Woo tidak terdengar begitu jelas. Namun kalimat Jung Woo yang terakhir berputar-putar di otaknya.
Seonsaengnim, barusan kau bilang apa?”
“Go Jung Sah bukan pacarku, tapi kakakku.” Jung Woo mempertegas lagi kalimatnya.
Eun Chan langsung menoleh. Matanya dibuka lebar-lebar. “Oppa, Oppa..” Ia mendesis sambil kedua tangannya digerak-gerakkan.”Saranghae, saranghae. Hwanaedo gwaenchanha, yokhaedo gwaenchana!”[21]
Jung Woo tersenyum. Ditatapnya gadis itu dalam-dalam. “Geogjongma itjanna. Ussel ttae ni gippem dubaega dwaegae hemuke usseike,”[22] katanya pelan.
Eun Chan terkaget. Lagi-lagi ia merasa seribu kupu-kupu mendatanginya, beterbangan kesana-kemari. Langsung ia berdiri, berteriak dan melonjak-lonjak kegirangan.
TAMAT




[1] Maaf (informal)
[2] Nenek
[3] Selamat pagi
[4] anda
[5] Guru
[6] Hari ini sangat menyenangkan
[7] Tentu saja
[8] Bagaimana kabar Anda?
[9] Baik-baik saja
[10] Kakak laki-laki (perempuan yang memanggil)
[11] Lotte World adalah kompleks rekreasi sangat terkenal dan popular di Seoul, Korea Selatan. Tempat ini terdiri dari taman bermain didalam ruangan (indoor) terbesar di dunia (hingga masuk dalam Guinness World Record). Lotte World ini terbuka sepanjang tahun, selain taman bermain indoor juga terdapat taman bermain di luar ruangan (outdoor) taman hiburan tersebut disebut dengan sebutan”Magic Island”, sebuah pulau buatan di tengah-tengah danau yang dihubungkan dengan jalur monorail.
[12] Senang berjumpa denganmu
[13]  Bibi (untuk memanggil seseorang yang lebih tua dan belum dikenal, perempuan)
[14] Begitu?
[15] Panggilan sayang, untuk sepasang kekasih
[16] Maaf
[17] Tidak apa-apa (informal)
[18] Sudah mengerti
[19] Selamat berakhir pekan (informal)
[20] Apa kabar?
[21] Aku mencintaimu, aku mencintaimu. Meskipun kau tak suka tidak apa, meskipun kamu marah juga tidak apa-apa
[22] Aku ada di sampingmu. Pada saat kamu tertawa mari kita tertawa bersama, agar kebahagiaan berlipat ganda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar