Hye Rin terus menoleh ke belakang. Gadis itu masih
berjalan tanpa melihat apa yang ada di depannya. Dua langkah lagi ia menabrak
teman sekelasnya yang bertubuh gempal, Gim Bab.
“Bodoh, kau akan menabrakku!” teriak Gim Bab.
Gim Bab tak menjawab. Melihat lurus ke arah gadis yang
sedang berjalan sambil menunduk di belakang Hye Rin.
“Eun Chan, kau memakai seragam milik kakakmu?!” Gim
Bab berseru.
Eun Chan masih menunduk. Kali ini gadis bertubuh
mungil itu menghentak-hentakkan kakinya ke bumi.
“Baiklah, Halmoni[2] salah
memasukkan baju olahraga ke dalam tasku!” jawab Eun Chan dengan marah. “Jangan
banyak komentar lagi, aku sudah terlalu malu!”
Hye Rin tidak bisa menahan geli, ia tertawa
terbahak-bahak melihat Eun Chan yang mulai menarik-narik baju dan celana milik
Eun Byo yang sedang dipakainya, baju berukuran XL itu jelas sekali membuatnya
terlihat konyol.
Eun Chan mendengus keras. Lalu dengan emosi
meluap-luap, ia berjalan menghentak mendekati teman-teman sekelasnya yang sudah
berbaris di tengah lapangan.
“Lho, ada apa ini?” Ibu Park langsung kebingungan
melihat Eun Chan yang masuk ke barisan paling belakang. “Seo Eun Chan, mana
seragammu?”
Eun Chan sudah meramalkan kejadian ini sejak di ruang
ganti tadi. Halmoni, kalau boleh aku ingin membakarmu kalau sudah tiba di
rumah nanti! Ia terus
membayangkan wajah menyebalkan Nenek sambil mengepalkan kedua tinjunya.
“Neneknya salah memasukkan baju ke dalam tasnya!”
teriak Gim Bab.
Seketika semua yang ada di lapangan itu langsung
menertawai Eun Chan. Sementara gadis itu hanya menunduk sambil menggertakkan
semua giginya.
Suara tawa tadi berubah bisik-bisik bahkan teriakan
riuh kali ini. Namun Eun Chan tak mau tahu. Demi apapun, gadis mungil bermata
besar itu sangat membenci pelajaran olahraga sekaligus guru yang mengajarnya,
Ibu Park.
Hye Rin mulai menarik-narik tangan Eun Chan. “Hei,
gadis bodoh, kau sedang apa? Coba lihat yang sedang berdiri disamping Ibu Park
sekarang!” seru gadis berambut panjang itu.
Mendengar Jung Woo memperkenalkan diri sambil
tersenyum lebar, para gadis langsung berseru.
Eun Chan mendongakkan kepala, mulai mengerjapkan
matanya. Ikut melihat ke arah pemuda tampan yang berhasil menyedot perhatian
semua teman-temannya.
“Nah, anak-anak nakal, mulai hari ini Pak Go akan
mengajar kalian,” kata Ibu Park. “Perlakukanlah beliau dengan sopan, okay?”
Semua temannya menyerukan kata ‘okay’ berbarengan, tapi Eun Chan hanya diam. Kali ini bukan karena
salah kostum, tapi pemuda yang bernama Go Jung Woo itu. Pemuda dengan rambut
ikal disemir cokelat kekuningan dan sedikit gondrong itu membuatnya merasa
seperti seribu kupu-kupu muncul dan beterbangan di sekelilingnya.
***
“Hei, yang berbaju lain sendiri, gerakkanlah semua
kakimu dengan penuh semangat!”
Eun Chan terperanjat mendengar Jung Woo meneriakinya.
Sambil terus berlari, ia menoleh ke arah Jung Woo dan mengangguk. Ia merasa
konyol sekali, berlari sambil menahan agar tidak menginjak celana besarnya yang
kepanjangan.
“Lakukan lebih baik lagi dari teman-temanmu. Fighting!” seru Jung Woo sambil
tersenyum.
“Eun Chan!” Hye Rin berteriak di seberang. “Apa
mungkin mulai hari ini kau akan menyukai pelajaran olahraga?!”
Eun Chan menoleh. Tidak mau menjawab. Malah ia membelok
menuju Jung Woo yang sedang berdiri di tepi lapangan.
“Hei, kau baru berlari satu putaran…” Jung Woo
kebingungan melihat Eun Chan yang nampak ngos-ngosan.
“Aku tidak kuat berlari lagi..” jawab Eun Chan pelan
sambil menjatuhkan tubuhnya tepat di bawah pohon.
“Eun Chan, hari ini kau berlari semangat sekali!”
teriak Hye Rin yang berlari melewati Eun Chan dan Jung Woo.
Jung Woo mendekati Eun Chan dan menyodorkan botol
berisi air mineral. “Minumlah,” katanya ramah.
Eun Chan langsung merebut botol itu. Sambil mencoba
mengatur nafas, ia berseru.
“Aku tidak pernah menyukai pelajaran olahraga, tapi
kali ini rasa sukaku muncul begitu saja ketika aku melihat Dangsineun[4] tersenyum!”
Mendengar itu, Jung Woo terdiam. Beberapa saat
kemudian ia tertawa sambil menepuk-nepuk bahu gadis yang baru berumur 17 tahun
itu.
“Mungkin rasa sukamu itu tertuju padaku ya?” godanya
sambil tersenyum ramah.
Eun Chan terlonjak. Sekarang wajah mereka berdua berada
di jarak yang sangat dekat. Terulang lagi, ia merasa seribu kupu-kupu terbang
mengelilinginya.
“Ya ampun, kau mimisan!”
***
Jung Woo baru saja keluar dari ruang guru. Pemuda itu
langsung berbalik mendengar seseorang memanggil.
Eun Chan berjingkat-jingkat mendekati Jung Woo yang
masih menatapnya dengan heran.
“Anda pulang naik apa?”
“Naik mobil,” jawab Jung Woo. “Kau dijemput?”
Eun Chan langsung menyeringai lebar. Kepalanya
digeleng-gelengkan dengan semangat.
“Hari ini orang tuaku tidak bisa jemput,” jawab Eun
Chan dengan genit. “Bolehkah saya ikut?”
***
Eun Chan bahagia sekali. Gadis itu tak berhenti
mengoceh, padahal Jung Woo menanggapinya hanya dengan anggukan dan senyuman.
“Hei, Kentang Busuk. Kau berjalan pelan sekali? Ayo
cepat masuk!”
Eun Chan langsung melihat ke arah wanita yang barusan
menyapa Jung Woo. Wanita cantik itu mengenakan blazer rapi dan high heels,
berdiri bersandar di sebuah sedan hitam.
“Jung Sah, kita antar muridku sebentar ke rumahnya
ya,” kata Jung Woo pada wanita tadi. Lalu diliriknya Eun Chan yang mulai
cemberut. “Eun Chan, ayo!”
“Aku tidak jadi ikut, kalian pulang saja berdua!”
Jung Woo yang baru saja membukakan pintu mobil
langsung berbalik lagi. Ditatapnya Eun Chan dengan heran. “Kenapa?” tanyanya
sambil menaikkan sebelah alisnya.
Eun Chan tak menjawab. Gadis itu menunduk, lalu
menutupi wajah dengan kedua tangannya. Langsung berbalik meninggalkan Jung Woo
dan Jung Sah.
“Eun Chan. Eun Chan, kau kenapa?!”
Jung Woo benar-benar bingung. Ia mundur-maju, bingung
harus mengejar muridnya itu atau tidak.
“Apa-apaan itu?” Jung Sah ikut-ikutan heran. “Dia
bertindak seperti pacarmu yang cemburu melihatku..”
***
Suara peluit panjang terdengar.
“Baiklah, kalian sudah berlari tiga putaran. Sekarang
kumpul lagi!” teriak Jung Woo.
Eun Chan, Hyu Rin, dan teman-temannya langsung berjalan
menuju tepi lapangan.
“Seo Eun Chan, apa kau sedang jatuh cinta?” Hye Rin
berbisik nakal sambil menengok wajah putih Eun Chan yang memerah karena
kepanasan.
Eun Chan menoleh. Ditatapnya Hye Rin yang masih
tersenyum aneh padanya.
“Kau bicara apa, Song Hye Rin?” tanya Eun Chan sambil
mengelap keringat di lehernya.
“Aku pernah melihat foto Pak Go yang sedang mengajar
kau jadikan wallpaper ponselmu,”
jawab Hye Rin. “Kau suka padanya kan?”
Eun Chan hanya menjawab dengan siulan. Gadis itu
mencoba berdiri tegap dengan kedua kakinya yang letih. Nafasnya masih
tersengal-sengal.
“Eun Chan, hanya satu bulan ini saja ia berada di
sini,” lanjut Hye Rin. “Dia akan kembali kuliah lagi setelah tugas praktek mengajarnya
selesai. Kau tidak mau menyatakan perasaanmu padanya?”
“Kau ini
berisik sekali,” sahut Eun Chan. “Dengar ya, aku tahu apa yang harus kulakukan!”
Hye Rin menarik tangan Eun Chan. Matanya bergerak
seperti mengisyaratkan sesuatu.
Eun Chan yang mengerti isyarat dari Hye Rin langsung
menoleh ke samping kanannya. Ternyata orang yang sedang mereka bicarakan sedang
berdiri di sana.
Eun Chan hanya menatap Jung Woo dengan sinis. Tak mau
menjawab sapaan Jung Woo.
Jung Woo langsung menunduk menyadari Eun Chan masih
marah padanya. “Eun Chan, yang waktu itu..” katanya dengan ragu-ragu. “Waktu
itu kau marah padaku?”
Hye Rin menatap Eun Chan dan Jung Woo bergantian. Ia
merasakan ada sesuatu yang telah terjadi di antara keduanya. Langsung saja
disenggol-senggolnya tubuh Eun Chan.
“Saya rasa ada hal serius yang mau saya sampaikan pada
Anda,” kata Eun Chan, menambah rasa penasaran Hye Rin. “Terkait masalah
kemarin.”
Jung Woo mengangap heran.
“Apa?!”
“Hari Minggu jam sepuluh di depan gerbang sekolah,”
lanjut Eun Chan. “Saya harap Anda datang sendirian, datanglah sebagai pria
sejati!”
Hye Rin terlonjak kaget.
Jung Woo terdiam. Jantungnya serasa meledak-ledak.
Kaget sekaligus malu. Apa yang terjadi terasa sangat membingungkan baginya. Ia
kehabisan akal menghadapi muridnya yang satu ini.
***
Jung Woo menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang
sekolah. Matanya bergerak menatap gadis mungil yang sedang berdiri menyandarkan
punggung ke sisi gerbang.
Ditatapnya gadis itu. Eun Chan tidak memoles wajahnya
dengan make up sama sekali. Biar
bagaimanapun, gadis bermata besar itu tetap terlihat cantik. Ia menguncir
rambut ikal sebahunya menjadi dua bagian, mengenakan kaus lengan panjang, rompi
rumbai berlapis, rok pendek dan sepatu boots.
Jung Woo membuka jendela lalu
menjulurkan lehernya. “Ayo masuk!” serunya.
Eun Chan melirik ponselnya. “Jam
sepuluh lewat sepuluh menit,” katanya. Ditatapnya Jung Woo. “Oppa,[10] kau membuatku menunggu di sini sepuluh menit!”
“Oppa?!”
Jung Woo langsung menaikkan kedua alisnya. Bingung.
“Sebagai hukuman, kau harus mengikuti
semua perintahku hari ini!”
***
Malam hampir tiba. Jung Woo sering sekali menghela
napas hari ini. Pemuda itu semakin pusing menghadapi tingkah Eun Chan yang memaksanya
berkeliling di Lotte World[11].
Ia merasa, gadis itu memaksa menghilangkan jarak di antara mereka, guru dan murid.
“Oppa, ayo
buka mulutmu!”
Jung Woo merasa malu sekali. Bagaimana kalau ada guru atau murid yang melihat ini? Bingung. Kalau
aku marahi, mungkin gadis ini akan merajuk lagi.
“Oppa, ayo.
Ini enak sekali!” Eun Chan masih berteriak sambil menyodorkan sendok berisi ice cream ke depan wajah Jung Woo.
Jung Woo terdiam. Mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya
lagi. Kemudian mulai membuka mulutnya.
“Nah, begitu dong!” seru Eun Chan. Puas ia melihat
Jung Woo mulai mengunyah ice cream
yang disuapinya.
Jung Woo mengalihkan pandangannya dari tatapan Eun
Chan.
“Kau kenapa? Takut Jung Sah melihatmu sedang
bersamaku?”
Mendengar kalimat itu meluncur dari mulut Eun Chan,
Jung Woo langsung menoleh lagi. Ia menggeleng-geleng.
“Bahkan aku masih ingat nama wanita cantik itu,
padahal aku baru mendengar kau menyebutnya sekali saja..”
“Kau pikir Jung Sah itu pacarku?”
“Memangnya bukan? Dia bukan pacarmu? Tolong katakan
memang bukan!” Eun Sah berseru penuh semangat kali ini.
Jung
Woo langsung berteriak kaget. “Jung Sah?!”
“Bagus.
Kau bilang pergi main bilyar dengan temanmu tapi malah berkencan dengan anak
kecil ini?!” Jung Sah mendekat lalu menatap Eun Chan dengan sinis.
Jung Sah
memelototkan matanya. “Gheuraeyo?!”[14]
teriaknya. “Kau ini menyukai dia kan? Kau tidak sadar perbedaan tinggi badanmu
dengannya hampir lima puluh senti?!”
“Ajeomani, kau tidak berpikir kalau dia
akan lebih menyukai gadis yang lebih muda dan imut sepertiku?!” Eun Chan
berdiri dan balas memelototi Jung Sah.
Jung
Sah tak menjawab. Perempuan itu hanya tertawa lalu menatap Jung Woo yang mulai
meringis.
“Chagiya[15], ayo antar aku pulang
sekarang!” teriak Jung Sah.
Jung
Woo langsung mendengus. “Apa-apaan kau ini? Kemana teman-temanmu?”
“Aku
kehilangan mereka karena di sini sangat ramai, okay?!” jawab Jung Sah. “Ponselku habis batre. Aku tidak tahu
mereka ada di mana!”
Jung
Woo tak menjawab. Hanya melihat ke arah Eun Chan yang masih menunduk sambil
menggigiti bibir. Gadis itu nampak kesal sekali.
“Eun
Chan..” desah Jung Woo. “Mian Heyo[16]..”
“A, ne..” Eun Chan mulai mendongakkan
kepalanya. “Kwen
chan ayo,” [17] katanya
sambil melempar senyum pada Jung Woo.
Jung
Woo merasa tidak enak. Jelas sekali wajah gadis itu nampak murung. Lagi pula,
ada buliran air mulai keluar dari pelupuk matanya.
“Eun
Chan!”
Eun
Chan langsung berbalik menyembunyikan tangisnya. “Aratsoyo[18],”
desahnya pelan. “Ju
mal cal cineseyo[19],” katanya sambil berlalu.
Jung Woo tertegun. Terbata-bata ingin mengucapkan
sesuatu, namun seperti tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Jung Sah hanya diam menatap Jung Woo. Perlahan melengkungkan
senyum.
Jung Woo masih memandangi Eun Chan yang kian menjauh.
***
Eun Chan duduk sendirian di tribun stadion sekolah.
Sepi di sana-sini. Gadis itu bukan sedang menonton kakak kelas yang sedang
latihan baseball, tapi melamunkan
sesuatu.
Eun Chan menolehkan
kepalanya dengan pelan. Kedua tangannya masih melekat di dagu. “Seonsaengnim?”
Jung Woo
melangkah pelan lalu duduk di samping gadis itu. Setelah menghela napas pelan
ia bekata, “Aku minta maaf atas tindakan Jung Sah kemarin..”
“Ye..” Eun Chan mengangguk pelan. Lanjut melemparkan
pandangannya kembali ke lapangan.
“Jung Sah memang
suka membuat onar seperti itu,” kata Jung Woo sambil menepuk bahu Eun Chan.
“Dia kakakku.”
Eun Chan masih
melamun sehingga kata-kata Jung Woo tidak terdengar begitu jelas. Namun kalimat
Jung Woo yang terakhir berputar-putar di otaknya.
“Seonsaengnim, barusan kau bilang apa?”
“Go Jung Sah
bukan pacarku, tapi kakakku.” Jung Woo mempertegas lagi kalimatnya.
Eun Chan
langsung menoleh. Matanya dibuka lebar-lebar. “Oppa, Oppa..” Ia mendesis sambil kedua tangannya digerak-gerakkan.”Saranghae, saranghae. Hwanaedo
gwaenchanha, yokhaedo gwaenchana!”[21]
Jung Woo
tersenyum. Ditatapnya gadis itu dalam-dalam. “Geogjongma itjanna. Ussel ttae ni gippem dubaega dwaegae hemuke usseike,”[22]
katanya pelan.
Eun Chan
terkaget. Lagi-lagi ia merasa seribu kupu-kupu mendatanginya, beterbangan
kesana-kemari. Langsung ia berdiri, berteriak dan melonjak-lonjak kegirangan.
TAMAT
[11] Lotte World adalah kompleks rekreasi sangat terkenal dan popular
di Seoul, Korea Selatan. Tempat ini terdiri dari
taman bermain didalam ruangan (indoor) terbesar di dunia (hingga
masuk dalam Guinness World Record). Lotte World ini terbuka sepanjang
tahun, selain taman bermain indoor juga terdapat taman bermain
di luar ruangan (outdoor) taman hiburan tersebut disebut dengan
sebutan”Magic Island”, sebuah pulau buatan di tengah-tengah danau yang
dihubungkan dengan jalur monorail.
[21] Aku mencintaimu, aku
mencintaimu. Meskipun kau tak suka tidak apa, meskipun kamu marah juga tidak
apa-apa
[22] Aku ada di sampingmu.
Pada saat kamu tertawa mari kita tertawa bersama, agar kebahagiaan berlipat
ganda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar